Kabar Nikah Massal

31.3K 642 7
                                    

"Eh, eh! Kalian udah pada tahu belum?"

Sederet kalimat di atas adalah awal mula kegiatan bergosip dimulai.

Azkiya kadang malu dengan gelar santri yang melekat pada diri mereka namun sifat-sifat buruk masih mereka lakukan.

Untuk itu, Azkiya memilih untuk menghindari perkumpulan teman-temannya di kamar.

Langkah perempuan itu membawanya menuju dapur asrama putri untuk melaksanakan tugas sebagai abdi ndalem.*

*Seorang santri yang mengabdi di pesantren.

"Nah! Akhirnya Mbak Azkiya datang juga!"

Kening Azkiya mengerut bingung saat mendapat kata-kata sambutan barusan dari Yuna.

Matanya beralih menatap satu persatu mbak ndalem bagian dapur yang ada di sana.

Ada Marlina, Asri dan Nana.

"Kenapa?" tanya Azkiya bingung.

"Ini loh ... mau masak malah baru sadar kalau bawang putih habis. Jadi kami nunggu mbak Azkiya untuk otw pasar."

Terdengar sedikit tak sopan menyuruh yang lebih tua untuk pergi ke pasar.

Tapi fakta menyebutkan kalau memang hanya Azkiya seorang dari empat abdi ndalem itu yang bisa mengendarai motor.

"Ya sudah, aku pergi."

Azkiya mengambil kunci motor yang berada di gantungan dekat pintu dapur.

Pesantren memfasilitasi mbak ndalem bagian dapur sebuah motor untuk digunakan berbelanja ke pasar setiap harinya.

Waktu mulai beranjak siang saat Azkiya telah selesai berbelanja bawang putih di pasar.

Ia merasa baik-baik saja pada awalnya. Sampai ketika ingin menyalakan motor, tiba-tiba motor tersebut sulit dinyalakan.

"Ya Allah! Apa mogok lagi seperti kemarin?"

Azkiya turun dari motor dan kembali menyalakan motor matic itu dengan usaha lebih keras.

Tiba-tiba ada motor lain yang ikut berhenti di dekatnya. Azkiya menaikkan pandangan dan melihat seseorang yang berada di atas motor itu.

"Perlu bantuan?"

Raut wajah Azkiya langsung berubah datar kala melihat Haikal lah orang yang berada di atas motor di dekatnya kini.

Laki-laki yang memakai sarung warna merah itu bagai malaikat penolong yang kedatangannya justru tidak diinginkan oleh Azkiya.

"Tidak, terimakasih."

Azkiya lebih memilih untuk mendorong motor mogok itu sampai ke pesantren dari pada dibantu oleh Haikal, laki-laki yang tidak disukai Azkiya sebab terkenal friendly ke semua santri putri.

Sok ganteng dan sering tebar pesona sana sini!!

"Jangan sok kuat, Ukhti! Kata Dilan ... berat, biar aku saja."

"Eh?!" Azkiya kaget karena Haikal tahu-tahu sudah turun dari motor dan kini menahan motor yang Azkiya dorong agar berhenti.

"Kita tukeran motor. Aku bawa motor ini ke bengkel, sampean pakai motorku."

Azkiya baru saja ingin menolak, tapi Haikal lebih memaksa dengan langsung memegang stang motor yang membuat Azkiya cepat bergerak menjauh dari dekatnya.

Perasaan gengsi yang berlebih di hati Azkiya membuat perempuan itu urung mengucapkan kata terimakasih pada Haikal dan langsung pergi begitu saja dengan motor yang tadi dibawa oleh laki-laki itu.

Jodoh Mbak SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang