"Mbak, aku sedia banyak plastik nih. Jaga-jaga kalau mabuk perjalanan."
Asri memamerkan satu pak kresek hitam ke hadapan Azkiya.
Perempuan yang duduk di dekat jendela itu menatap horor pada plastik yang dipegang Asri.
"Kamu suka mabuk perjalanan, As?" tanya Azkiya.
"Iya. Kadang sih. Tapi mbak jangan khawatir!! Selama perjalanan, aku akan banyak ngemil biar perut gak kosong dan gak mudah mabuk."
Lagi, Asri memamerkan kresek dengan ukuran lebih besar yang isinya snack junk food.
Azkiya hanya geleng-geleng kepala, takjub. Ia bukan termasuk yang suka mabuk perjalanan saat pergi mengendarai bus.
Tapi akan ikut mabuk juga saat melihat ada orang di dekatnya yang mabuk.
Jadi semoga perjalanan ini lancar sampai kembali lagi ke rumah.
Iring-iringan bis pesantren mulai berjalan meninggalkan kota santri. Orang-orang dalam bis bersamaan melafalkan doa kelancaran dalam perjalanan.
Azkiya mengecek ponsel dan menemukan pesan masuk dari Haikal, berupa foto dan sebaris kalimat menggelikan.
[Bismillah, otw sayangku. Maaf gak bisa nemenin perjalanan kamu dengan video call bareng aku. Walau aku tau itu yang pengen banget kamu lakukan kan?]
Bersama dengan foto Selfi Haikal di dalam mobil Abah Yai. Kelihatan ganteng. Tidak pernah tidak.
"Dih, PDnyaa!"
"Siapa mbak?" Marlina tiba-tiba melongok dari kursi belakang.
Dia sempat melihat layar ponsel Azkiya yang sedang menampilkan foto Haikal.
"Masya Allah, dikirim pap sama suami tercinta loh!!"
Suara Marlina sudah tidak ada bedanya dengan toa di masjid.
Sampai seluruh penghuni bis mendengar jelas ucapan Marlina itu.
"Ya Allah, Lin. Suaramu udah kaya ngasih pengumuman aja. Bikin malu tau!"
Azkiya mematikan layar ponsel dan menutupi wajahnya dengan satu tangan.
Punya teman seperti Marlina memang tidak bisa menjamin mampu jaga rahasia.
Azkiya lagi-lagi hanya bisa pasrah menjadi bahan pembicaraan para santri dan ustad ustadzah yang kebetulan satu bis dengannya.
Pesan dari Haikal juga tidak ia balas. Takut juga mengganggu fokus suaminya saat mengemudi.
***
Tiba di daerah sunan Demak, bis terparkir lumayan jauh dari area makam sunan Demak.
Para santri bisa menempuh sampai di sana dengan menaiki dokar ataupun ojek.
Dan entah bagaimana bisa terjadi, dari ratusan santri putri, Azkiya tidak kebagian mendapat tempat duduk dalam dokar yang sama dengan santri putri.
Mereka dengan cepat menaiki dokar atau ojek bersama teman dekatnya masing-masing.
Bahkan Marlina dan Asri pun ngojeg berdua dalam satu motor.
"Ya Allah, kenapa jadi ditinggal sendiri begini?"
Azkiya celingak-celinguk seperti orang hilang. Sampai rombongan santri putra mendekat, perempuan itu semakin panik hingga tanpa sadar memanggil satu tukang ojeg untuk mendekat.
"Tunggu!"
Datanglah pangeran berkopiah hitam yang menghentikan niatan Azkiya naik ojeg sendirian.
"Gak jadi ngojek, Pak. Maaf, dia sama saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Novela Juvenil( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...