Seperti mengantar anak masuk TK untuk yang pertama kalinya, kini Haikal berada di luar kelas TPQ, memperhatikan lewat jendela bagaimana Azkiya sedang berusaha mendekatkan diri dengan anak-anak TPQ.
Senyum bangga muncul di wajah Haikal saat Azkiya membagikan donat untuk anak-anak dan respon mereka terlihat senang.
Sambil makan donat lanjut mendengarkan Azkiya bercerita.
"Sudah cocok sekali jadi madrasah pertama untuk anak-anakku," ucap Haikal dengan tatapan tak lepas dari sosok istrinya yang full senyum itu.
Dulu, senyum manis Azkiya begitu mahal diberikan untuknya. Pasti setiap kali bertemu, perempuan itu kalau tidak menundukkan pandangan, yaa melirik sinis pada Haikal.
Benar-benar tipe perempuan judes akhir zaman yang membuat Haikal jatuh hati.
Fokus Haikal teralihkan saat ponselnya bergetar. Ada panggilan masuk dari nomor yang ia kenal.
"Halo, assalamualaikum."
["Waaalaikumussalam, Kang. Nanti malam jadi ketemu sama orangnya?"]
Yang dimaksud di sini adalah alumni yang tidak bertanggung jawab menyebarkan foto masa lalu Azkiya.
Setelah ditelurusi, ternyata alumni tersebut menikah dengan santri putri yang dulu jadi abdi ndalem ibu nyai.
Mungkin iri dengki menguasai dirinya hingga melakukan tindakan yang tidak baik, memperkeruh ketegangan antara Azkiya dan Ning Mila.
"Oke. Kamu yang atur tempat. Nanti saya datang."
["Saya carikan tempat yang sepi ya, Kang. Siapa tau njenengan mau kasih pelajaran tipis-tipis lah."]
Haikal tertawa. "Boleh juga. Nanti kamu bagian bawa dia ke rumah sakit."
Seseorang di seberang sana ikut tertawa. Namun tentu saja itu hanya guyonan semata.
Haikal masih memikirkan nama baiknya agar tidak tercoreng karena tersulut emosi.
Pukul lima sore, Haikal dan Azkiya pulang ke rumah.
Perempuan tercantiknya itu dengan semangat menceritakan keseruan di hari pertama ngajar.
Padahal Haikal juga melihatnya langsung tadi.
"Yang, nanti malam aku mau ketemu teman. Sebentar doang, cuma setengah jam."
Kedua mata Azkiya langsung memicing, menatap curiga pada laki-laki yang memakai sarung oren itu.
Bisa jadi teman yang dimaksud adalah teman perempuan. Kan bahaya!!
"Teman laki-laki, sayang. Kalau gak percaya, nanti aku video call selama ketemuan," cetus Haikal.
Tapi Azkiya menggeleng. "Nggak lah. Aku percaya kok."
Adzan maghrib berkumandang.
Keduanya sholat berjamaah di rumah salah. Lebih seringnya Haikal sholat berjamaah di mushola dekat pasar.
Di sana, ia jadi cadangan imam.
"Pulangnya mau dibawain jajan apa?" tanya Haikal sebelum pergi.
"Mi ayam, Mas. Yang biasa jualan di pertigaan jalan raya besar itu loh."
Haikal mengacungkan ibu jarinya. "Siap, Kesayanganku!"
***
[Nomor ini benar dengan nama Haikal An-Nawa?]
Haikal menemukan ada ada nomor asing yang baru saja mengirimkannya pesan.
Saat melihat foto profil, wajahnya seperti tidak asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Teen Fiction( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...