Perjuangan Mendapatkanmu

8.6K 404 6
                                    

"Mass?!"

Azkiya berjengit kaget karena Haikal tau-tau sudah berdiri di belakangnya, memperhatikan Azkiya yang sedari tadi memilih baju.

"Kenapa, cintaku?" tanya Haikal lembut, disertai senyuman menawan miliknya yang kali ini tidak membuat Azkiya terpesona, melainkan jengkel.

"Mas, aku ingin mengajukan dua pertanyaan tentang sarung ini! Jawab jujur!!"

Azkiya memperlihatkan sarung yang ia curigai itu ke hadapan Haikal.

Laki-laki itu sempat mengerutkan keningnya, lalu balik bertanya.

"Kenapa dengan sarung ini?"

"Sarung ini asli punya Mas atau pinjem punya orang lain?" tanya Azkiya menuntut.

Haikal mengambil sarung itu dari tangan Azkiya.

"Asli punyaku. Dibeli dengan harga tiga ratus ribu. Masih ingat, dulu kang Umar yang menemani beli sarung. Kenapa memangnya?"

Kecemburuan semakin memenuhi hati Azkiya mendapati kenyataan yang ada.

"Dulu, sebelum Abah Yai memberitahu kalau aku akan dijodohkan dengan kamu, aku pernah gak sengaja melihat pelanggaran yang dilakukan lurah santriwati."

"Aku melihat Mbak Wulan bertemu diam-diam di belakang gedung asrama dengan seorang santri putra yang saat itu memakai sarung ini. Dan itu pasti kamu kan Mas?!"

Azkiya menatap penuh selidik pada Haikal yang kini diam seribu bahasa. Belum ada kata yang keluar dari mulut Haikal, hanya terus menatap Azkiya yang sedang diliputi kekesalan.

Sepuluh detik kemudian, Haikal menaruh kembali sarung tersebut ke dalam lemari. Dan mengajak Azkiya untuk duduk di sisi tempat tidur.

"Kalau sedang marah dalam keadaan berdiri, baiknya kita berpindah jadi duduk," terang Haikal.

"Aku gak lagi marah!" sangkal Azkiya, gengsi.

Tapi ekspresi wajahnya menunjukkan yang sebaliknya.

"Iya-iya, gak marah. Tapi cemburu."

Kali ini Azkiya diam, tidak menjawab iya maupun tidak.

Lalu Haikal melanjutkan ucapannya dengan nada lembut.

"Sayangku, apa yang waktu itu kamu lihat memang benar. Mbak Wulan ngajak aku untuk bicara berdua di belakang gedung asrama."

Semakin tidak karuan perasaan Azkiya mendengar pengakuan yang menyakitkan itu.

Mengapa terasa menyakitkan?

Karena ia sudah menaruh hati pada suaminya dan takut juga untuk kehilangannya.

"Tapi kamu tau kan kalau itu melanggar aturan? Pacaran, terus ketemu diam-diam!! Mbak Wulan ini pimpinan santriwati loh!!"

Karena tidak bisa meluapkan kekesalannya pada mbak Wulan langsung, maka Azkiya melampiaskan pada suaminya.

"Kami tidak pacaran. Mbak Wulan itu berbeda dengan beberapa santriwati yang aku gombali terus baper."

"Mbak Wulan udah aku anggep sebagai kakak perempuanku. Hanya itu. Dan aku gak punya perasaan apapun pada seorang kakak perempuan."

Azkiya sampai melepaskan genggaman tangan Haikal karena terlalu jengkel.

"Kamu kaya gak tau aja! Gak ada yang benar-benar jadi kakak atau adik angkat di dunia pesantren! Pasti salah satunya ada yang punya rasa!"

"Sok tau!" Haikal menoel pipi Azkiya.

Perempuan yang sedang dilanda cemburu berat itu Haikal tanggapi dengan santai.

Jodoh Mbak SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang