"Kal, beri Mama kesempatan untuk bicara. Mama mau minta maaf."
Haikal menyuruh Azkiya untuk istirahat di kamar. Dan kini dia menemui sendiri mamanya yang menunggu di depan rumah.
"Anda tuli atau bagaimana? Saya sudah menyuruh anda untuk jangan muncul lagi di depan saya!!"
"Jangan bicara seperti itu, Kal. Mama ingin bertemu kamu. Mama minta maaf."
Haikal membuang muka saat Mama memegang tangannya, memohon-mohon sambil menangis.
Hari ini ia sudah banyak menghadapi perempuan yang menangis dan itu memuakkan sekali.
"Yang punya hati di sini bukan hanya Anda! Tapi saya juga! Jadi pergi dari sini, seperti yang dulu anda lakukan saat meninggalkan anak kecil yang masih butuh kasih sayang! Sekarang ... saya tidak butuh anda lagi!"
Haikal berusaha melepaskan tangannya dari genggaman erat Mama. Tapi tidak bisa.
Mama terus menggumamkan kata maaf sembari berderai air mata. Bagi Haikal itu tidak berdampak apa-apa atas rasa sakitnya yang sudah terlalu dalam.
Haikal pun menarik Mama menuju mobilnya. Lalu memaksa Mama untuk masuk ke dalam mobil dan segera menutup pintunya.
"Haikal ... kamu anak mam. Mama minta maaf. Tolong maafkan Mama."
Haikal mendekat ke arah kaca mobil yang terbuka lebar. Matanya sudah memerah, menahan tangis.
Kemudian ia berkata dengan suara bergetar. "Saya akan memaafkan kesalahan anda dengan syarat ... jangan temui saya lagi, selamanya!"
Haikal segera membuang muka dan pergi dari sana.
Begitu masuk ke dalam rumah, air matanya jatuh tak tertahankan. Kepalanya juga terasa ingin pecah dan pusing sekali.
Haikal mengetuk-ngetuk pintu kamar yang dikunci dari dalam. "Sayang ... buka."
Memeluk Azkiya adalah obat di saat Haikal sedang tidak baik-baik saja. Namun yang menjadi obat juga sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Dua-duanya sakit dengan keadaan yang sekarang.
Haikal menjatuhkan tubuhnya di depan pintu kamar yang masih dikunci. Ia duduk memeluk lutut, menyembunyikan wajahnya di sana dan suara tangisnya tak tertahankan lagi.
Sedangkan keadaan di dalam kamar tak jauh berbeda.
Azkiya menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia menangis dan terus memikirkan rumah tangganya tidak akan berlangsung lama jika dia tidak cepat memberi keturunan.
Hari ini Haikal memang tidak mempermasalahkan itu. Tapi seiring berjalannya waktu, mungkin Haikal akan memikirkan saran Mbak Wulan untuk menikah lagi demi memiliki keturunan.
Azkiya tidak membenci takdir, tapi ia kecewa pada diri sendiri.
Haikal yang hidupnya sesepi itu harus menikah dengan perempuan yang tidak dapat memberikannya keturunan.
Ini menyakitkan. Azkiya sakit, Haikal juga sakit dengan alasan yang berbeda.
***
Azkiya masih mengurung di kamar sampai hari berganti malam.
Itu membuat Haikal khawatir dan terus membujuk Azkiya agar keluar dari kamar.
Sebagai kepala rumah tangga, Haikal harus memendam kesakitannya sendiri. Dia harus ada untuk menyembuhkan luka Azkiya, walau dia sendiri punya luka.
"Sayang ... buka pintunya. Aku udah pesan banyak makanan enak. Ayo makan bareng."
Tangan Haikal terus mengetuk-ngetuk pintu kamar sejak 20 menit yang lalu. Ia menunggu dengan sabar sampai Azkiya mau membukakan sendiri pintunya.
![](https://img.wattpad.com/cover/343373734-288-k869287.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Teen Fiction"Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menjodohkannya dengan salah satu...