Dibonceng Mesra

6K 333 10
                                    

["Yang, jemput aku dong di kantor kelurahan."]

Azkiya mematikan TV saat Haikal menelpon. Dia kini sedang sendirian di rumah.

"Bgapain kamu di situ, Mas?"

["Lagi pengajuan nikah kedua, Yang.   Boleh kan?"]

Perempuan dua puluh satu tahun itu memutar bola matanya malas. Tapi ia tetap bersiap untuk menjemput.

"Ya udah, nggak usah aku jemput.  Kamu di sana aja sampai matahari terbit dari barat."

Terdengar renyah suara ketawa Haikal di seberang sana. Sedangkan Azkiya berjalan keluar rumah. Di tangannya kini sudah memegang kunci motor.

["Guyon sayangku. Kamu kan udah manis banget. Jadi nggak usah dimadu."]

"Hmm ya."

Panggilan telepon selesai. Azkiya menyimpan benda pipih itu ke dalam saku gamis.

Dari rumah menuju kantor kelurahan memakan waktu sepuluh menit menggunakan motor.

Begitu sampai, Azkiya menghentikan motornya tidak pas di depan gerbang kantor kelurahan.

Di depan sana, Azkiya melihat dengan mata memincing seorang Haikal An-nawa, suami yang katanya bucin itu kini sedang mengobrol ramah dengan dua perempuan yang tak memakai kerudung, entah siapa.

"Jadi dia beneran mau bojo ke loro?"

Azkiya geleng-geleng kepala tak percaya. Motornya distandar. Azkiya  duduk santai di atas motor sembari membuka ponsel.

Dia videokan kelakuan Haikal dari posisinya kini. Lalu langsung dia kirim ke nomor suaminya disertai kata-kata mutiara.

[Bantal dan selimut punya kamu sudah aku taruh di teras rumah.  Jangan harap malam ini tidur di kamar!!]

Azkiya melihat Haikal langsung mengeluarkan ponselnya saat chat dari Azkiya masuk.

Laki-laki itu cengengesan sendiri. Lalu menolehkan kepalanya ke arah Azkiya kini.

Tak menunggu lama, Haikal segera mendekati Azkiya dengan senyum selebar mungkin.

Dua perempuan yang entah siapa itu langsung mundur begitu melihat pawang Haikal datang.

"Sayangku ... cintaku ... bidadariku,  sudah di sini dari kapan?"

Azkiya dengan cepat menahan tangan Haikal yang hendak mencubit pipinya.

"Sejak tadi. Jadi benar kamu berniat nikah lagi sama dua cewek tadi?" tanya Azkiya memancing keributan.

"Nggak dong sayangku. Tadi cuma ngobrol biasa. Dua cewek itu tanya-tanya soal KTP yang hilang, cara bikin yang barunya gimana. Gitu doang sih."

"Buat apa tanya-tanya ke kamu. Orang kamu bukan petugas kelurahan."

Azkiya berniat turun dari motor, tapi ditahan cepat oleh Haikal.

"Ayo pulang! Ayang yang nyetir, aku bagian bonceng di belakang."

Azkiya sungguh tidak siap saat Haikal duduk begitu saja di jok belakang.

"Mas?!!

"Ayo jalan, Beb. Kepanasan nih." Haikal menepuk bahu Azkiya, sudah seperti penumpang pada tukang ojek saja.

Akhirnya dengan terpaksa Azkiya  mau membonceng Haikal pulang ke rumah.

Namun di tengah jalan, suaminya mulai jahil dengan memeluk Azkiya dari belakang dan melingkarkan tangannya pada perut Azkiya.

"Mas, kamu ngapain sih?!"

Perempuan itu melirik suaminya dari kaca spion. Tapi laki-laki tak tahu malu itu justru menaruh dagunya pada bahu Azkiya, membuat perempuan itu semakin kegelian.

Jodoh Mbak SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang