Hari ini tepat satu bulan sepuluh hari Haikal dan Azkiya nyantri lagi di pesantren Al-Ikhsan.Saat sudah yakin kalau perasaan Azkiya kembali membaik, Haikal memutuskan untuk pulang.
Dia membawa Azkiya pergi ke tempat terpencil hanya untuk menyembuhkan rasa sakit di hati istrinya, hanya untuk membuat Azkiya menemukan kedamaian dan kembali membaik.
Apapun memang Haikal lakukan untuk kebahagiaan Azkiya.
Walau mereka tidak begitu lama di pesantren Al-Ikhsan, ternyata tetap ada beberapa santri putri yang menangis ketika melepas kepergian Azkiya dan Haikal.
"Nanti ke sini lagi, insya Allah."
Azkiya yang cengeng tentu saja ikut menangis. Ini seperti de javu saat dulu ia boyongan dari pesantren Al-Furqon.
Azkiya dan Haikal juga mengucap banyak terimakasih pada pengasuh pesantren Al-Ikhsan yang telah begitu baik memberikannya banyak pengalaman dan ilmu yang bermanfaat.
Tiba di kota kecamatan, Haikal dan Azkiya kembali menaiki mobil yang dibawa dari kota.
"Nanti kapan-kapan aku transfer uang untuk pembangunan toilet duduk di pondok Al-Ikhsan," tutur Haikal tiba-tiba.
"Gak usah lah, Mas. Bukan apa-apa. Itu tuh jadi ciri khas pesantren Al-Ikhsan yang akan selalu aku kenang. Momen BAB di balong."
Azkiya tertawa mengingat masa-masa di mana ia pertama kali harus BAB di toilet terbuka, ditemani suami tercinta.
Bahkan di beberapa kesempatan, gantian Haikal yang minta ditemani untuk BAB di balong. Padahal laki-laki itu berani sendirian ke sana.
"Ah iya juga yaaa. Ya udah lah, yang penting aku transfer uang, digunakan untuk apa ya terserah Akang. Intinya aku mau berterimakasih ke pondok Al-Ikhsan itu."
Azkiya mengangguk setuju dengan keinginan Haikal. Momen lainnya yang tidak akan ia lupakan dari pesantren Al-Ikhsan adalah malam tadi, malam sebelum ia pulang hari ini.
Bu Nyai atau Eceu Nia sebagai pengasuh pesantren, mengobrol lama dengan Azkiya terkait takdir hamil yang belum berpihak pada beliau.
Azkiya banyak mendapat motivasi dan nasehat tentang kehamilan yang selalu ditanyakan orang-orang pada pasutri yang baru menikah.
Eceu Nia juga memberikan Azkiya banyak amalan agar segera cepat hamil.
Mungkin bagi orang awam, itu hal yang sia-sia. Diberi nasehat dan amalan kok dari orang yang gak punya pengalaman hamil?
Tapi Azkiya tetap percaya dan menerimanya. Sebab ia sangat menghormati beliau Eceu Nia yang ilmunya Masya Allah sekali. Beliau hafidzoh juga.
"Buka hpku dong, Yang. Kayanya kita ketinggalan banyak kabar karena menghilang selama satu bulan lebih."
Haikal mengulurkan ponselnya pada Azkiya yang duduk di samping. Perempuan itu juga lupa kalau ia punya ponsel karena tidak pernah membukanya selama berada di pesantren Al-Ikhsan.
"Kayanya gak ada batrenya Mas?"
"Ada kok. Meski gak dipakai, aku selalu nyuruh santri untuk tetap mencharger ponsel kita."
Akhirnya ponsel Haikal menyala dan terbuka. Azkiya selalu salting tiap kali melihat wallpaper ponsel Haikal adalah foto dirinya yang diambil diam-diam saat masih nyantri di pesantren Al-Furqon.
Kalau saja Haikal tidak jadi suaminya, mungkin Azkiya akan mengamuk karena Haikal berani mengambil fotonya diam-diam.
Begitu data seluler dinyalakan, berbagai notif dari banyak aplikasi langsung bermunculan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Ficção Adolescente( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...