Mual-mual

11.2K 457 1
                                        

"Hah?! Tiket umroh?!"

Azkiya terkejut sekali dengan informasi yang Ka Ridwan berikan. Belum juga ia membalas, tiba-tiba terdengar suara dari sampingnya.

Hoeekk...hoekk.

Lebih terkejut lagi saat Azkiya melihat Asri sedang mual-mual ingin muntah.

Segera Azkiya berikan kresek untuk temannya itu.

"Ya Allah, As. Mbak kira perjalanan ini akan lancar sampai akhir, gak mabuk. Ternyata endingnya tidak bisa ditahan ya."

Azkiya ingin membantu, tapi keburu ia ikut merasa mual setelah mencium bau muntahan Asri, seperti bau bakso yang telah ditelannya.

"Lin, tolongin Asri."

Marlina yang duduk di belakang, langsung mendekat.

"Kenapa nih? Wah, muntah dua-duanya!"

Azkiya sudah berusaha mengalihkan pandangan ke arah kaca bis, tapi ia tetap ikut mual dan akhirnya tidak bisa menahan untuk mengeluarkan isi perutnya.

Hoekkk....hoekkk.

Sungguh ending perjalanan ziaroh yang tidak menyenangkan bagi Azkiya.

Tubuhnya lemas, kepalanya pusing dan yang diinginkan olehnya tak lain adalah cepat-cepat sampai di rumah, tidur dengan nyaman.

Sampai getar ponsel miliknya pun Azkiya abaikan. Ia tidak tahu siapa yang menelfon. Kini yang dilakukan hanya tidur agar berhenti muntah-muntah.

Saat bis tiba-tiba berhenti, Azkiya bangun dari tidurnya.

Lampu bis menyala terang, membuat  mata Azkiya menyipit silau.

"Mbak mau turun gak? Ini di rest area."

Nana berdiri di samping kursi Asri yang sudah kosong. Azkiya bertanya.

"Asri mana?"

"Sudah turun duluan, diantar Marlina ke toilet. Katanya baju dia kena muntahan, jadi harus ganti. Mbak mau turun juga ndak?"

Tubuhnya masih terasa lemas, sepertinya Azkiya tidak punya tenaga untuk sekedar berjalan sampai toilet.

"Mbak gak turun, Na. Kamu aja."

"Beneran?"

Azkiya hanya menganggukkan kepalanya, lalu kembali memejamkan mata.

Telinganya mendengar langkah Nana menjauh dari dekatnya. Azkiya tidak tahu kalau hanya dirinya yang tersisa sendirian di dalam bis.

Selang lima menit, Azkiya merasakan perutnya kembali bergejolak dan minta dimuntahkan.

Karena tak menemukan kantong kresek, Azkiya bergegas turun dari bis.

Ia muntah di samping bis, membungkuk dengan berpegangan pada badan bis.

Hoeekkk...hoeek.

"Sayang?!"

Haikal datang di waktu yang tepat. Tubuh lemas Azkiya langsung ditopang olehnya.

"Ya Allah, keadaan kamu bikin aku khawatir. Kamu ikut pindah ke mobil Gus Faruq ya? Sama aku."

Kepala Azkiya menggeleng lemah. "Ndak mau. Nanti ada yang iri dan mereka membicarakan aku. Ndak mau."

Azkiya tak berniat menangis sebetulnya. Tapi tubuhnya yang tak bertenaga dan pikirannya yang selalu ingat dengan sindiran santri putri waktu itu membuat Azkiya baper dan berakhir menangis seperti ini.

Tentu saja Haikal panik karena merasa tawaran untuk Azkiya pindah ke mobil pribadi sepertinya kurang tepat.

"Eh, iya iya Sayang. Kamu gak usah pindah. Tetep di bis. Ya udah, ayo kita masuk lagi."

Jodoh Mbak SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang