Healing Lagi

6.6K 332 16
                                    

"Ustadzah ada tebak-tebakan nih! Yang bisa jawab acungkan jari telunjuk ya!"

Azkiya menatap antusias pada anak-anak TPQ yang sedang ia ajar.

"Siap ustadzah!" jawab anak-anak TPQ.

"Tentang bab nun mati dan tanwin.  Ayo tebak! Dia adalah yang paling setia. Soalnya cuma punya anggota satu-satunya. Siapakah dia?"

Empat anak langsung mengacungkan telunjuknya dengan semangat, bersiap untuk menjawab.

"Ya kamu! Coba jawab," tunjuk Azkiya pada anak laki-laki yang memakai baju koko warna biru.

"Iqlab, ustadzah. Anggotanya cuma huruf ba."

"Wah betul! Tepuk tangan teman-teman."

Ruang kelas TPQ langsung riuh oleh suara tepuk tangan anak-anak yang bersemangat mengikuti tebak-tebakan ini.

Lanjut Azkiya memberi tebak-tebakan lagi.

"Dia ini punya anggota lumayan banyak. Tapi dibagi jadi dua seperti anak kembar. Siapa dia?"

Kali ini yang mengajukan jari telunjuk anak perempuan semua. Azkiya pun memilih dia yang berkerudung merah.

"Jawabannya adalah?"

"Idgham, ustadzah. Dibagi dua jadi  idgham bighunnah dan idgham bilagunnah."

Azkiya menatap bangga pada anak tersebut. "Betul sekali!"

"Tapi ustadzah..."

Anak perempuan di sampingnya ikut mengacungkan jari telunjuk, ingin menyampaikan sesuatu.

"Iyaa kenapa?"

"Bukannya idgham ada tiga ya?"  tanyanya bingung.

Dan Azkiya mengkerutkan keningnya, ikut bingung.

"Memang apa saja kalau idgham dibagi menjadi tiga?" tanya Azkiya.

"Seingatku ada idgham bighunnah,  idgham bilagunnah dan idgham mislain atau idgham mimi. Benar kan ustadzah?"

Azkiya tersenyum menyadari kekeliruan anak muridnya itu. Tapi salut juga karena anak muridnya berani untuk menyampaikan keresahan hatinya.

"Antara benar dan tidak benar, Nak."

Anak-anak TPQ di ruang kelas tersebut menatap Azkiya tak mengerti.

"Benarnya adalah idgham mitslain atau idgham mimi itu ada. Tapi bukan masuk kelompok nun mati dan tanwin. Melainkan masuk pada bab mim mati bertemu mim. Jangan salah ya!"

"Oh iya! Baru ingat," seru anak tersebut.

Azkiya tersenyum menatap anak-anak TPQ. Ternyata mengajar anak-anak seseru ini.

"Jangan lupa di muthola'ah lagi bab yang sudah diajarkan. Kita akan bertemu lagi sabtu besok."

Azkiya keluar dari kelas TPQ sembari membuka ponsel dan menemukan ada satu chat masuk dari Haikal.

[Sayang, maaf gak bisa jemput. Ini lagi nganter Ibu nyai ke supermarket.]

Oke tidak apa-apa. Azkiya bisa pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Karena toh jaraknya dekat juga.

Sesampainya di dekat rumah, langkah  kaki perempuan berkerudung putih itu seketika berhenti, melihat di depan sana ada seseorang yang sedang duduk di atas motor,  berpakaian serba hitam, memakai masker dan helm.

Ingatan tentang kejadian tak menyenangkan itu membuat Azkiya kini gemetar karena takut.

"Astagfirullah ... astagfirullah hal adzim."

Jodoh Mbak SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang