Rumah om Haris menjadi tempat Azkiya beristirahat kini.
Ia diantar ke rumah ini oleh Haikal. Namun secepat itu juga ditinggalkan kembali karena pihak rumah sakit mengabarkan kalau Mama siuman.
Sungguh kekuatan doa dan cinta seorang anak mampu membuat Mama tetap bertahan sebulan ini.
Sesaat setelah Azkiya selesai mandi, ada yang mengetuk pintu kamarnya. Azkiya pikir itu Haikal, tapi ternyata bukan.
"Sarapan sudah siap, Nyonya. Tuan Haikal menyuruh Nyonya untuk sarapan lebih dulu."
Sangat tidak nyaman sekali anak kampung sepertinya dipanggil 'Nyonya' oleh ART di depannya kini.
Azkiya tersenyum ramah. "Oh iya. Nanti saya ke bawah."
Setelah ART itu pergi, Azkiya kembali menutup pintu kamar. Ia bergerak mengambil tas miliknya lalu mengeluarkan ponsel.
Ia akan menelfon Haikal segera.
"Halo Mas?"
["Iya sayangku. Udah sarapan belum?"]
"Belum, aku nunggu kamu pulang."
Kebiasaan Azkiya memang tidak bisa makan sendirian, harus ada yang menemani.
["Loh, gak usah nunggu aku, Yang. Kamu sarapan duluan, terus nyusul aku ke rumah sakit."]
Azkiya diam. Mencari ide agar ia tetap bisa makan ditemani Haikal. Kemudian perempuan itu berjalan keluar kamar, masih dengan menelfon Haikal.
"Hmm aku dijemput siapa ke rumah sakit?"
["Nanti ada supir pribadi yang antar kamu ke sini."]
"Oke."
Panggilan telfon selesai saat Azkiya sudah berada di ruang makan. Satu ART mendekat dan mempersiapkan piring untuk Azkiya.
Tapi perempuan itu menolak.
"Maaf mbak, apa di sini ada kotak bekal? Saya mau pinjam."
"Ada, Non."
ART tersebut kembali ke dapur untuk mengambil kotak makan yang diinginkan oleh Azkiya.
Sedangkan Azkiya sendiri kini melihat di meja makan yang panjang sudah tersaji berbagai menu makanan untuk sarapan.
Cukup banyak hanya untuk dimakan tiga orang di rumah itu.
"Ini, Non."
ART tersebut memberikan kotak makan dua susun pada Azkiya.
"Ah ya, terimakasih mbak."
Azkiya memilih untuk membawa sarapan yang sudah siapkan ke rumah sakit. Ia tetap ingin makan bersama dengan Haikal. Pasti laki-laki itu juga lupa makan karena terus menemani Mama di rumah sakit.
Diantar oleh supir pribadi, Azkiya berangkat menuju rumah sakit. Sejak Mama siuman, ia belum bertemu dan mengobrol dengan beliau.
Semoga dengan membaiknya hubungan Haikal dan Mama membuat Azkiya juga bisa dekat dengan mertuanya tersebut.
Tiba di rumah sakit, Azkiya diantar oleh salah satu pegawai rumah sakit menuju ruang inap mama yang VIP.
Begitu sudah dekat, Azkiya melihat Haikal baru saja keluar dari ruangan dengan wajahnya yang kelihatan kurang tidur.
"Mas..."
Laki-laki itu mengangkat pandangan dan menemukan sang istri kini berada di hadapannya.
"Cintaku..."
Tak peduli dengan lalu-lalang beberapa orang yang lewat, Haikal segera memeluk Azkiya.
Seperti yang pernah dikatakannya bahwa Azkiya adalah obat dari segala lelah dan sakit yang Haikal rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Novela Juvenil( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...