"Cintaku!!"
Azkiya baru saja menutup pagar rumah ketika teriakan alay itu terdengar dari arah teras rumah.
Perempuan itu melengos malas saat menemukan Haikal sudah pulang ke rumah sepagi ini dan ia baru saja dari pasar membeli bahan makanan.
"Masya Allah, tabarokallah ... istri solehah habis belanja. Tau aja kalau suami lagi kelaperan," celoteh Haikal sembari merentangkan kedua tangannya, minta dipeluk.
Namun Azkiya tidak menuruti keinginan suaminya itu. Ia meraih tangan kanan Haikal untuk ia cium.
"Aku mau masak sup buntut sama gorengan. Mas request dimasakin yang lainnya gak?"
Azkiya berjalan lebih dulu masuk ke dalam rumah. Diikuti oleh Haikal yang tiba-tiba memeluknya dari belakang, membuat langkah Azkiya seketika terhenti.
"Aku kangen banget sama istriku tercinta. Emang kamu gak kangen ya?"
Haikal sekalian mencuri kecup pada pipi Azkiya. Perempuan yang sedang badmood itu langsung menjauhkan wajah Haikal, lalu berkata ketus.
"Kamu belum mandi kan? Bau!! Sana mandi. Biarin aku masak dengan tenang!"
Azkiya berhasil lepas dari pelukan Haikal dan melanjutkan langkah menuju dapur.
"Sayang, aku ada salah sama kamu?"
Haikal mengejar Azkiya sampai ke dapur dan bertanya dengan mimik wajah serius.
Azkiya melirik sebentar. Lalu menjawab singkat.
"Banyak."
"Oke! Kita bicarakan setelah aku mandi."
Lagi, Haikal mencuri kecup pada pipi kiri istrinya. Kemudian laki-laki itu segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sedangkan Azkiya, kini memegangi kedua pipinya dan berkata lirih.
"Gimana aku bisa marah lama sama kamu, Mas. Kalau perlakuan kamu saja selalu bikin baper seperti ini."
Dua puluh menit kemudian.
"Sekarang jelaskan apa kesalahan aku? Dua hari ditinggal, kamu sama sekali ndak membalas pesan-pesan yang aku kirimkan. Telfon juga gak diangkat. Kenapa?"
Makanan di piring Azkiya belum habis. Tapi Haikal sudah bertanya tak sabaran.
Lantas perempuan itu melirik sinis sembari mengunyah makanan di dalam mulutnya.
"Apa kamu pura-pura ngambek gini padahal aslinya kangen?" tanya Haikal, kembali dengan senyuman meledek.
Azkiya meraih gelas dan meminum isinya, tanda ia sudah selesai sarapan. Baru lah ia menjawab pertanyaan Haikal dengan wajah bete.
"Mas, masih nyimpen nomor mbak Wulan kan? Bilang sama dia, suruh hapus highlight tentang suami aku di akun medsos miliknya!!"
Haikal mendengarkan dengan paham keluh kesah Azkiya. Sampai kemudian ia mendadak loading saat Azkiya menyebutkan 'suami aku'.
"Suami aku? Maksudnya itu ... aku kan?"
"Ya iyalah!! Emang siapa lagi suami aku? Oh!! Apa aku harus nambah suami biar kamu sama mbak Wulan aja?!"
"Ya Allah, cintaku. Jangan ngomong gitu dong."
Haikal segera mendekat pada Azkiya dan merangkulnya dari samping.
Sadar kalau istrinya sedang dam mode cemburu, Haikal menahan diri untuk tidak meledek walau aslinya ingin sekali.
"Highlight kaya apa sih? Jujur aku gak tau, Yang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Teen Fiction( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...