"Ayo masuk."
Seperti biasa, Haikal menggenggam tangan Azkiya yang menjadi favoritnya itu.
Cafe bernama JINGO itu Haikal bilang singkatan dari 'Ngaji Ngopi'. Pemiliknya adalah orang yang dikenal.
"Mas, kamu ngajak aku makan atau gimana?"
"Iya. Nanti kamu makan. Aku yang gitaran, cosplay jadi pengamen."
Azkiya menatap Haikal dengan ekspresi wajah seolah berkata "Apa sih? Gak jelas banget!"
Mereka masuk. Meja-meja pengunjung hampir penuh di jam segini. Mungkin kebanyakan dari mereka datang dengan tujuan nongkrong sore sambil nyari senja.
Sebab cafe ini berada di daerah yang lumayan tinggi.
"Masya Allah, adik lanang! Akhirnya mampir juga."
Ada yang menyambut kedatangan mereka berdua. Seorang laki-laki berpenampilan sama seperti Haikal, memakai sarung dan kopiah.
"Alhamdulillah, Mas. Maaf baru sempat mampir."
Haikal menjabat tangan seseorang itu dengan akrab.
Sedangkan Azkiya menatap laki-laki di depannya yang terlihat familiar. Seperti tak asing.
Kemudian baru Azkiya ingat kalau laki-laki itu juga alumni pesantren Al-Furqon. Yang dua tahun lalu mengikuti nikah massal di pesantren.
Yaa Azkiya baru sadar dan baru ingat dengan laki-laki itu yang dulu dijodohkan dengan mbak ndalem keluarga Gus Usman, anak pertama Abah Yai.
"Istri saya, Mas. Dia yang sering saya ceritain."
Agak terkejut dengan ucapan Haikal tadi. Berarti selama ini suaminya sering curhat pada laki-laki ini.
Lalu Azkiya menampilkan senyum ramah saat laki-laki itu menoleh padanya.
"Masya Allah, usahamu mendapatkan hatinya ternyata berbuah manis ya. Saya turut bahagia dengan pernikahan kalian."
Kang Adam namanya. Beliau mengantar keduanya pada sebuah meja panjang paling ujung, dengan view luar ya enak dipandang.
Azkiya dan Haikal tidak ditawarkan menu makanan yang ada. Tapi kang Adam menyuruh karyawannya untuk menghidangkan banyak menu makanan sampai penuh meja di depan mereka.
"Beliau pemilik cafe ini, Mas?" bisik Azkiya setelah kang Adam pergi.
"Iya. Baru mulai bisnis tahun ini."
"Terus ini gimana ngabisin makanan sebanyak ini?"
Azkiya menatap tak percaya pada meja yang berisi banyak makanan di depannya kini.
Walau terlihat enak, sepertinya Azkiya tidak mampu menghabiskannya hanya berdua dengan Haikal.
"Enjoy, baby. Kalau gak habis, nanti tak panggil kang santri ke sini untuk ikut menghabiskan makanan kita."
Azkiya masih bingung, mau makan menu yang mana dulu.
"Ayo makan. Apa mau disuapi?" goda Haikal.
"Nggak lah."
Sesuai prediksi, keduanya tidak mampu menghabiskan makanan di meja tersebut.
Alhasil dua kang santri datang dengan waktu cepat untuk menghabiskan makanan lainnya yang masih utuh.
"Ayo liat sunset!"
Selesai mengenyangkan perut, Azkiya diajak menuju roof top cafe JINGO.
Pada ketinggian ini, matanya bisa memandang langit berwarna jingga sepuasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Teen Fiction( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...