Saingannya Gus

7.6K 370 6
                                    

Haikal memang ada saja tingkahnya yang membuat orang geleng-geleng kepala dan tersenyum penuh pemakluman.

Selepas sholat Jum'at, dia sendiri yang menjadi ketua pembagian takjil untuk para santri.

Apa yang membuat orang-orang melihatnya sambil geleng-geleng dan tersenyum maklum?

Di dekat meja berisi takjil tersebut, terpasang plang dengan tulisan besar.

[Takjil dari istriku tercinta. Yang gak bilang enak, wajib dikembalikan dalam keadaan utuh! Tak kurang satu tetes pun!]

Azkiya yang menunggu di dekat parkiran motor, hanya tersenyum canggung tiap kali bertemu santri putra yang membawa es pisang ijo sambil berkata.

"Mbaak, es pisang ijonya enak banget! Serius, gak bohong deh."

Sampai tak sengaja, Azkiya berpapasan dengan Gus Fikri yang juga baru pulang jumatan.

Di tangannya terlihat membawa takjil buatan Azkiya.

"Az, kok nunggu di sini? Panas lah."

Azkiya tidak mengerti saat Gus Fikri ingin memberikan sajadah miliknya untuk Azkiya.

"Tidak apa-apa, Gus. Saya mau langsung pulang juga setelah ini."

"Ya ini ... pakai saja sajadahku. Kamu pasti kepanasan."

Tapi Azkiya menolak halus dengan menangkupkan dua tangannya di depan dada, dengan pandangan yang terus menunduk.

"Terimakasih, Gus. Sekali lagi saya tidak apa-apa. Saya tidak merasa kepanasan."

Gus Fikri menarik kembali sajadah yang tadi ia sodorkan, tapi ditolak.

"Saya mau cobain es pisang ijo buatan kamu. Belum dimakan sih. Tapi saya yakin, rasanya pasti enak! Kan kamu yang buat."

Azkiya bingung harus merespon apa. Posisi ini membuatnya canggung dan tak enak hati.

Bisakah Gus Fikri segera berlalu dari hadapannya? Ia takut ning Mila berpikiran yang tidak-tidak.

"Terimakasih, Gus." Hanya itu yang bisa Azkiya katakan.

"Ya sudah Az, saya ke rumah dulu."

Azkiya mengangguk sekaligus merasa lega ketika Gus Fikri pergi dari hadapannya.

Ia sama sekali tidak menatap balik mata Gus Fikri saat tadi mengobrol.

Sampai matanya yang terus menatap ke bawah, kini menemukan seseorang dengan sarung yang sangat dikenalinya, berdiri di hadapannya.

Barulah Azkiya mengangkat pandangan.

"Mas..."

Ada perasaan aneh di hati Azkiya saat melihat Haikal menatapnya tanpa senyum ceria seperti biasa.

Berbeda sekali dengan ekspresi bahagia saat tadi membagikan takjil untuk para santri.

"Kamu pasti kepanasan ya nungguin aku?"

Azkiya cepat menggeleng. "Ndak kok. Hmm yaa udah, pulang yuk."

Azkiya lebih dulu menggandeng tangan Haikal, berjalan menuju motor mereka yang terparkir paling kanan.

Selama perjalanan pulang dari pondok ke rumah, keduanya memang sering ngobrol banyak hal.

Tapi siang ini, Haikal tiba-tiba bertanya sesuatu yang membuat Azkiya tertegun lama.

"Aku mau tanya, boleh?"

Deg-degan parah saat Haikal memulai obrolan dengan kalimat itu.

"Tanya apa, Mas?"

Jodoh Mbak SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang