Satu minggu Ibu menemani Azkiya dan merawatnya sampai sembuh.
Tapi bagi Azkiya, ia sudah sembuh sejak Ibu datang pertama kali dan memeluknya sambil menangis.
Hari ini, Azkiya dan Haikal menemani Ibu menuju stasiun. Momen yang bikin mewek anak rantau jika ditinggal pulang orang tua.
"Setelah ini, jangan sembunyikan kabar kalau salah satu dari kalian sakit. Janji ya?"
Pasutri tersebut menampilkan senyum mendengar ucapan ibu. Lalu kompak memeluk beliau.
"Iya, Ibu. Doakan kami sehat selalu," respon Azkiya.
"Tentu. Ibu selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian berdua."
Ibu berjalan masuk ke dalam gerbong kereta. Detik-detik kepulangan ini yang membuat Azkiya menjatuhkan air matanya tapi tetap menampilkan senyum saat Ibu menoleh ke belakang.
"Jangan sedih, cintaku. Nanti kita gantian yang jenguk ibu ke kampung."
Azkiya mengangguk dan menghapus kasar air matanya.
Kemudian keduanya pulang kembali ke rumah.
Sudah satu minggu ini Haikal tetap berada di samping Azkiya. Ia minta cuti pada Abah Yai, untuk sementara waktu tidak jadi supir beliau.
"Mau mampir ke warung seblak gak? Biar suasana hati kamu membaik."
Tapi respon Azkiya justru menatap Haikal dengan mata memicing.
"Kenapa tiba-tiba nawarin mampir ke warung seblak? Ini kamu sendiri yang mau ketemu teteh-teteh owner seblaknya kan?"
Haikal langsung gelagapan dituduh begitu. Padahal saat kemarin ia mengatakan ingin ngapel ke teteh-teteh owner seblak, itu murni hanya candaan.
Ternyata ingatan perempuan tentang sesuatu yang menyakitinya, akan terus ada di otak.
"Nggak lah, sayang. Nggg ... ya udah mau ke mana? Aku temenin."
Azkiya diam, merenungkan jawaban yang akan ia sampaikan. Mau ke mana?
"Hmm seminggu kemarin saat aku sakit, aku sama sekali gak skincare-an. Mukaku kusam banget. Aku mau ditemani ke salon."
"Oke. Meluncur sayangku."
Jawaban yang tidak disangka oleh Azkiya. Sebab laki-laki kebanyakan malas menemani pasangannya ke salon karena akan memakan waktu yang tidak sebentar.
Ketika sampai, di luar dugaan juga ternyata Haikal ikut daftar perawatan.
Jadilah pasutri tersebut duduk bersampingan dan siap melakukan perawatan kulit.
"Setelah ini, kamu bakal jatuh cinta berulang kali karena liat wajahku yang makin glowing," ujar Haikal.
Azkiya tidak menoleh, hanya tersenyum simpul dengan mengangkat ujung bibirnya.
"Oh ya? Bukan kebalikannya? Justru kamu yang makin klepek-klepek lihat aku habis perawatan."
Laki-laki umur dua puluh tahun itu tertawa. "Duh! Tau aja kelemahananku."
Padahal sebelumnya Haikal pernah berkata tidak menikahi Azkiya dengan alasan cantik.
Yang artinya memang Azkiya tidak cantik.
Tapi sepertinya itu hanya candaan semata. Karena Azkiya sering kali mendapati Haikal menatapnya dengan tatapan terpesona, tatapan memuja.
Entah di saat Azkiya sedang dalam keadaan dandan atau bahkan saat Azkiya dengan wajah baru bangun tidur.
Memang ya, sangat disarankan untuk memiliki pasangan yang cukup pada satu orang. Yang jatuh cinta berkali-kali pada satu orang.
Dan Haikal melakukannya pada Azkiya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Roman pour Adolescents( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...