Pagi selanjutnya, rombongan pesantren tiba di area makam Sunan Muria yang mana tempatnya selalu jadi favorit santri untuk bisa sampai ke sana.
Berada di ketinggian 1.600 meter lebih dan para santri bisa mencapai ke makam sunan Muria dengan dua cara.
Naik ojek dengan resiko jantungan selama perjalanan atau bersabar menaiki puluhan anak tangga menuju makam sunan Muria.
Dan Azkiya memilih yang kedua.
Kali ini Haikal tidak kelihatan untuk sekedar melarangnya naik ojek atau meminta untuk jalan berdua menaiki banyaknya anak tangga.
Jadi Azkiya bisa berjalan ramai-ramai dengan santri putri menuju makam sunan Muria.
"Ya Allah, hamba tergoda untuk beli oleh-oleh sekarang," ucap Marlina.
Mereka bertiga sedang duduk istirahat setelah menaiki tangga selama kurang lebih tiga puluh menit.
Melelahkan juga ternyata.
"Jangan sekarang, Lin. Nanti kamu harus bawa bolak-balik. Yaa pas naik, pas turun juga. Nanti saja kalau pulangnya."
Saran Azkiya mendapat anggukan setuju dari Asri.
"Bener tuh. Nanti aja belinya. Setiap toko boleh lah kamu datangi."
Ada banyak penjual oleh-oleh sepanjang tangga menuju makam sunan Muria.
Kali ini Azkiya berniat untuk membeli sarung di sini. Motifnya bagus-bagus.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan.
Saat Azkiya mengecek ponsel, tak ada satupun chat masuk dari Haikal. Status yang diupload Haikal juga sudah tidak ada.
Azkiya yang menghapusnya sendiri saat tadi malam meminjam ponsel sang suami.
Mengunjungi makam sunan Muria yang berada di ketinggian membuat Azkiya merasa damai.
Ia bisa melihat pemandangan dari ketinggian 1.600 meter dari sini. Sejuk, Azkiya suka.
Andai boleh mereka beristirahat lebih lama di sini, sudah pasti Azkiya senang sekali.
"Mbak Azkiya!"
Ada yang memanggilnya saat Azkiya sedang memotret pemandangan. Ia menoleh, menemukan Gus Fauzan menghampirinya dengan senyum.
"Dalem, Gus."
Azkiya menekuk kedua lututnya di hadapan anak laki-laki berusia sembilan tahun.
"Ayo! Udah ditungguin tuh."
"Ditungguin siapa?"
Azkiya kembali berdiri saat Gus Fauzan menggandeng tangannya. Lalu membawanya menuju seseorang yang telah menunggu di dekat tangga.
"Nah, akhirnya Tuan Putri ditemukan," ujar Haikal yang bajunya sudah berganti jadi baju Koko warna cokelat.
"Aku kira kamu gak sampai makam, Mas."
"Sampai dong. Tapi pakai ojek bareng Gus Fauzan. Ya udah yuk, turun!"
Haikal menggandeng tangan Azkiya yang satunya lagi.
"Terus ini Gus Fauzan gimana?" tanya Azkiya bingung.
"Dia ikut kita. Katanya mau jalan kaki aja pas pulangnya."
Akhirnya tiga orang tersebut berjalan dengan bergandengan tangan menuruni anak tangga.
Banyak santri yang melewatinya agar cepat sampai ke bawah, lalu bisa istirahat sejenak.
Sedangkan tiga orang tersebut santai saja berjalan, menikmati perjalanan menuruni anak tangga.
"Mau beli sesuatu gak?" tanya Haikal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Teen Fiction( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...