Milik Haikal Seutuhnya

13.5K 497 7
                                    

Malamnya selepas isya, walimatul ursy dilakukan dengan mengundang Kyai alim Jawa timur.

Azkiya sibuk mengobrol dengan ibu-ibu pengajian yang datang malam ini. Sampai tak sadar kalau Haikal belum juga keluar kamar.

"Az, Haikal mana? Kyainya sudah datang. Ditemui dulu coba."

Mendengar ucapan Ibu, barulah Azkiya sadar kalau Haikal tidak terlihat di manapun.

Padahal para undangan walimatul ursy sudah banyak yang datang, termasuk pengisi acaranya.

"Sebentar, Bu. Aku panggil dulu di kamar. Kayanya masih siap-siap."

Alasan mereka tidak keluar bersama dari kamar karena Azkiya kedatangan tamu dari guru ngajinya dulu saat ia kecil. Jadi wajib ditemui.

Begitu masuk ke dalam kamar, Azkiya menghela nafas saat melihat Haikal justru dengan santainya tidur sampai menutup sebagian tubuhnya dengan selimut.

"Mas? Kok malah tidur. Ditunggu orang banyak loh di luar."

Azkiya mendekat, lalu menyibak selimut yang menutupi tubuhnya suaminya.

Itu membuat Haikal menggeliat dan terbangun dari tidurnya.

"Hmm," gumam Haikal tak jelas. Matanya menyipit menatap Azkiya.

"Orang-orang udah nunggu di luar. Pengantinnya malah enak tidur di kamar," omel Azkiya.

"Sakit, Yang."

Haikal kembali menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Dan Azkiya mulai curiga saat mendengar suara serak Haikal juga wajahnya yang meringis seperti menahan sakit.

"Apanya yang sakit?"

Azkiya duduk di sisi tempat tidur. Tangannya terulur untuk mengecek suhu tubuh Haikal dan ternyata panas.

"Ini sakit gara-gara minuman yang dibawa kang santri kan? Minuman apa sih?"

Lalu tangannya beralih memijat kening Haikal, membuat laki-laki itu keenakan.

Ia juga sebenarnya lelah. Tapi alhamdulilah tidak sampai jatuh sakit.

"Bukan. Itu malah jamu kuat Yang," jawab Haikal dengan kedua matanya yang tertutup.

"Jamu kuat kok bikin kamu lemes gini Mas."

"Yaa karena---"

Tok...tok!

Kepala Azkiya langsung tertoleh ke arah pintu kamar. Ia berdiri, lalu berjalan mendekat ke arah pintu.

Setelah dibuka, ternyata ibu.

"Gimana Haikal? Sakit kah?"

Ibu bertanya yang pada kenyataannya memang benar.

"Iya, Bu. Badannya panas. Mungkin kecapean. Kami kalau gak nemuin tamu dan Kyai, ndak papa kan?"

"Sudah, ndak papa. Kalian istirahat saja. Biar ibu yang temuin tamu."

Azkiya mengangguk. "Terimakasih, Bu."

Azkiya kembali menutup pintu dan menguncinya. Saat kembali mendekat ke arah kasur, Haikal sudah membuka matanya, kini menatap pada Azkiya.

"Minum obat ya? Nanti aku minta tolong kak Ilham untuk beli obatnya."

Setelah dekat di sampingnya, Haikal menggenggam tangan Azkiya, menyalurkan panas tubuhnya lewat genggaman tangan tersebut.

"Aku gak butuh obat. Cuma butuh kamu, Sayang."

Azkiya sampai merotasikan kedua bola matanya dengan jawaban yang bisa-bisanya Haikal ucapkan saat sedang meriang begini.

Ia kembali melanjutkan kegiatan memijat lengan Haikal, dengan satu tangannya yang bebas dari genggaman laki-laki itu.

Jodoh Mbak SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang