Sensitif

6K 416 50
                                    

Pagi ini, Haikal tidak sholat berjamaah di masjid. Ia menjadi imam untuk istrinya sendiri.

Begitu selesai salam, Azkiya mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan Haikal.

Tapi laki-laki itu melengos pergi begitu saja keluar kamar dengan terburu-buru.

Detik itu juga mata Azkiya berkaca-kaca. Hatinya sakit sebab Haikal tidak mau ia cium tangannya.

Padahal itu sudah biasa mereka lakukan ketika selesai sholat. Tapi pagi ini Haikal menghindar, tidak mau menerima uluran tangan Azkiya.

Azkiya merasa tidak dicintai. Merasa tidak dipedulikan. Ia pun menutup matanya dengan telapak tangan, lalu menangis tersedu-sedu.

Hal yang membuat Haikal panik begitu kembali ke kamar. Ia menemukan Azkiya menangis entah karena apa.

"Yang? Kenapa nangis?"

Tangan Haikal yang semula berada di pundak Azkiya, kini ditepis kasar oleh perempuan yang masih memakai mukena biru itu.

"Mas udah gak sayang lagi sama aku!"

Tentu saja Haikal kaget dengan tuduhan itu. Tidak ada angin, tidak ada badai mengapa juga Azkiya tiba-tiba berkata demikian sambil berderai air mata?

"Loh? Kok ngomongnya gitu? Aku loh selalu sayang dan cinta sama kamu, istriku."

Haikal memaksa untuk merengkuh tubuh Azkiya yang berontak. Tangisan istrinya terdengar seperti orang yang benar-benar disakiti.

Padahal apa sih yang dilakukan Haikal? Tadi saat sholat masih baik-baik saja.

Kemudian ia mendadak ingin BAB dan cepat-cepat ke kamar mandi sebelum dzikiran rutin.

"Aku tadi mau cium tangan kamu setelah salam, tapi kamu pergi begitu aja, ninggalin aku! Kenapa? Kamu gak mau dicium sama istrinya lagi? Iya?!"

Mereka belum sarapan, belum makan apapun. Tapi kenapa Azkiya mendadak sensitif seperti ini? Habis makan apa?

Haikal garuk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Bukan gitu, Yang. Aku tuh buru-buru pergi karena mau ke kamar mandi, mau BAB. Gak kecium tah bau e'e ku?"

Azkiya mendorong tubuh Haikal hingga rengkuhannya terlepas. "Pokoknya aku sakit hati! Kamu gak cinta lagi sama aku, Mas!"

Haikal speechless. Menatap tak mengerti pada Azkiya yang kini keluar dari kamar dengan langkah kakinya yang berdentum-dentum.

Panggilan ingin BAB kan tidak ada yang tahu. Tidak ada yang bisa menahan juga.

Masa gara-gara masalah e'e Haikal jadi dimusuhi seperti ini oleh istrinya?

Benar-benar hari yang diawali dengan ketidakpahaman.

Pukul enam pagi. Azkiya mulai sibuk di dapur untuk masak menu sarapan, lele goreng dan sambal tomat.

Saat ingin membuat sambal tomat, Azkiya ingat dengan pohon tomat yang ia tanam di dekat kolam ikan.

Dari pada beli, mending ambil sendiri di depan rumah.

"Alhamdulillah ada buahnya."

Azkiya berjongkok di depan pohon tomat yang kini berbuah tiga. Karena yang makan hanya ia dan Haikal, maka Azkiya mengambil dua tomat saja.

Saat Azkiya ingin beranjak pergi, tiba-tiba ia menoleh lagi pada satu tomat yang ia tinggalkan di pohonnya.

"Ya Allah, apa aku jahat memisahkan tomat itu dengan dua temannya?" batin Azkiya.

Ia pun kembali berjongkok di depan pohon tomat dan menatap satu-satunya tomat itu dengan perasaan sedih.

"Kamu pasti sedih ya ditinggal sendiri? Kamu anggap aku jahat?"

Jodoh Mbak SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang