Azkiya duduk berjarak di belakang Haikal yang juga dipanggil bersamaan oleh Abah Kyai.
Sejujurnya kalau boleh, Azkiya ingin mengobrol langsung dengan Haikal untuk bertanya banyak hal.
Salah satunya ... mengapa laki-laki itu tidak menolak dijodohkan dengannya?
Sedangkan banyak santri putri yang lebih cantik darinya siap untuk dihalalkan oleh Haikal.
"Azkiya, Abah selaku wali keluarga Haikal ingin bertemu dengan orang tua kamu untuk membicarakan tentang pernikahan kalian. Malam ini juga kamu akan diantarkan pulang ke rumah."
Terkejut sekali Azkiya mendengar penuturan Abah Kyai. Ia tetap menundukkan pandangan dengan perasaan campur aduk.
"Tolong kabari orang rumah tentang hal ini agar tidak banyak merepotkan dengan kedatangan yang mendadak ini."
Tak ada yang bisa Azkiya lakukan selain mengangguk patuh atas perintah Abah Kyai.
Pokoknya ia yakin ikut dan manut pilihan Abah Kyai. Insya Allah hidup berkah karenanya.
Selesai dari ndalem rumah pengasuh, Azkiya berniat cepat kembali ke asrama untuk bersiap-siap nanti malam.
"Kiyuttt!"
Tapi kemudian Haikal menghalangi jalannya dan memanggil Azkiya dengan panggilan akrab teman-teman dekatnya.
Tentu saja Azkiya jengkel karena Haikal tidak termasuk orang terdekatnya yang boleh memanggil Azkiya dengan sebutan Kiyut.
Azkiya Azkiyutt.
"Nih nomorku. Disimpan ya!"
Tatapan Azkiya kini menurun pada selembar kertas yang diulurkan Haikal padanya.
Tak peduli dengan kertas tersebut, Azkiya memberanikan diri untuk bertanya sesuatu yang menganggu pikirannya akhir-akhir ini.
"Kang, bukannya ada banyak santri putri yang lebih cantik dari saya dan jelas-jelas menyukai sampean. Tapi kenapa sampean mau-mau saja dijodohkan dengan saya?"
Awalnya raut wajah Haikal terlihat serius saat mendengarkan Azkiya mengutarakan unek-uneknya di depan Haikal langsung.
Tapi kemudian raut wajah laki-laki itu berubah menjadi senyuman jahil sebelum akhirnya menjawab.
"Hmm ada yang lebih cantik ya? Tapi gimana dong kalau tipe saya tuh yang gak cantik kaya kamu gini. Apa ada yang salah dengan tipe saya?"
Kedua bola mata Azkiya langsung mendelik kesal dikatai tak cantik oleh calon suaminya sendiri.
Ia pun berbalik dan pergi begitu saja dari hadapan Haikal yang tertawa puas.
"Hei calon istri! Ini kertasnya gak diambil tah?" tanya Haikal dengan berteriak.
Namun ternyata masih direspon oleh Azkiya sambil terus berjalan menjauh.
"Gak butuh nomor cowok sok ganteng kaya sampean, Kang!"
Haikal geleng-geleng kepala dengan sisa tawa yang masih ada.
"Masya Allah ... tidak sia-sia lewat jalur langit kalau dapetnya seperti Azkiya yang menggemaskan ini."
***
Saat ini, Azkiya duduk canggung di samping Bu Nyai Fitri dalam mobil yang sama.
Sebelumnya Azkiya tidak kepikiran kalau ternyata ia diantar pulang oleh Abah Kyai dan Ibu Nyai langsung.
Yang lebih membuat kaget adalah sosok Haikal ternyata ikut serta menjadi supir yang menjalankan mobil menuju Malang.
Jadilah kini mereka berempat ada di dalam mobil menuju rumah Azkiya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Genç Kurgu( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...