Tinggal menghitung hari, Azkiya bisa memeluk Haikal dan melampiaskan ngidamnya pada sang suami.Meski di rumah juga dirinya banyak ngidam. Tapi beda saja ketika yang menuruti keinginannya adalah Haikal.
Azkiya bisa sekalian menjahili suaminya dengan dalih sedang ngidam.
Seperti contoh, ngidam video call dengan Gus Fikri. Kira-kira dituruti gak ya?
["Assalamualaikum bidadarikuu."]
Azkiya sedang menahan mual karena sarapan dengan bubur kuah kuning. Dan sekarang ia harus melihat wajah Haikal yang tersenyum lebar di layar ponsel.
"Waaalaikumussalam, Mas."
Kemudian Azkiya meninggalkan sebentar ponselnya di atas meja. Ia menuju wastafel, mengeluarkan sarapan yang baru masuk ke dalam perutnya.
Ia tidak suka makanan apapun yang berkuah. Kecuali kuahnya itu kuah seblak.
["Yang? Ke mana? Kok aku ditinggal?"]
Azkiya kembali menampakkan wajahnya di layar ponsel. Ini video call kedua hari ini dan sejujurnya Azkiya mual-mual melihat suaminya lewat ponsel.
"Habis beresin piring. Aku baru aja sarapan, Mas."
["Alhamdulillah kalau bumil doyan makan, Baba seneng dengernya. Oh ya! List makanan yang dilarang itu udah apa aja yang berhasil kamu langgar?"]
Setelah insiden makan seblak yang dilarang kemarin, semua anggota keluarga setuju untuk melanggar list makanan terlarang yang dibuat oleh Haikal.
Yang tentu saja membuat si pencetus ide tersebut ikutan menghapus list makanan terlarang asal Azkiya mau makan. Dengan sedikit paksaan di beberapa kesempatan Azkiya harus makan sesuai dengan yang dianjurkan dokter.
"Udah semua aku langgar. Kenapa? Mau marah?"
Di seberang telfon, Haikal langsung menggeleng cepat. Yang terpenting selama mereka berjauhan adalah menjaga suasana hati Azkiya agar tetap dalam keadaan baik.
Karena jika sedang bad mood, Haikal tidak bisa memeluknya seperti saat mereka dekat.
["Nggak dong. Baba kan selalu support Umma. Asal jangan keseringen mam seblak. Takutnya dedek kepedesan di perut Umma."]
Azkiya mengabaikan ucapan Haikal yang itu. Kini perempuan berkerudung cokelat itu masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya.
Setelah menyalakan lampu, Azkiya menaruh ponselnya di meja rias dan dia duduk di depannya.
["Astaghfirullah! Ya Allah .... Masya Allah."]
Perkara Azkiya buka kerudung saja respon Haikal sudah begitu. Padahal ia sedang kegerahan.
"Kenapa Mas?"
["Pesona istri buka kerudung tuh bikin suaminya pengen cepet-cepet pulang."]
Azkiya geleng-geleng kepala. Tapi selama mereka video call dengan kondisi Azkiya buka kerudung, suami bucinnya itu lebih sering menatap terpesona dari pada merespon ucapan Azkiya.
"Nanti kalau kamu udah pulang, aku jemputnya di bandara aja Mas. Sekalian langsung pulang ke rumah. Jadi kamu gak usah ke kampung."
Haikal hanya mengangguk-anggukkan kepala, lalu senyum-senyum sendiri. Hal yang membuat Azkiya jadi bergidik ngeri.
"Gitu amat Mas liatinnya. Udah ah, aku tutup aja. Wassalamu'alaikum."
Semenjak punya suami, Azkiya bisa lebih peka dengan isi pikiran laki-laki. Apalagi laki-laki yang sedang jauh dari istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Teen Fiction( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...