"Oke nonaktifkan hp!!"
Azkiya menatap ponselnya yang sedang dalam proses sakaratul maut. Ia deg-degan parah setelah berhasil mengupload berita pernikahannya di sosial media.
Hari ini sudah mendekati h -1 minggu menuju pesta pernikahannya dan ibu telah menegur sampai lima kali soal Azkiya yang belum memberitahu khalayak umum kalau ia sudah punya calon.
Yang diupload adalah undangan pernikahannya yang telah dibuatkan oleh pihak pesantren.
"Semoga fansnya kang Haikal tidak menyerbu akun sosial mediaku. Amin."
Karena hari sudah menjelang sore dan Azkiya tak memiliki jadwal masak di dapur, dia memilih untuk mandi lebih awal dari biasanya.
Ia bawa peralatan mandi menuju lantai bawah.Azkiya sudah merasa senang saat melihat bilik kamar mandi banyak yang kosong artinya kamar mandi sedang tidak mode antri.
Namun saat matanya baru menyadari kehadiran Mbak Wulan di depan kamar mandi bersama dua bestie-nya, perasaan senang di hati Azkiya langsung berubah seketika.
Apalagi Mbak Wulan sedang dalam posisi menangis sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Sedangkan dua bestie-nya yang sama-sama pengurus itu kini menatap sengit pada Azkiya.
"Apa karena aku belum mandi ya? Jadi mereka menatapku sinis seperti itu," batin Azkiya menghibur diri.
Padahal ia sadar betul arti tatapan sinis dari dua orang tersebut.
Azkiya memilih cepat masuk ke dalam kamar mandi dan tak ingin memusingkan soal Mbak Wulan.
***
Perasaan yang sulit disangkal ketika satu minggu ini Azkiya merasa kehilangan karena tak melihat Haikal di manapun.
Rasa gengsinya yang besar juga membuatnya enggan menghubungi Haikal lewat telepon.
Biarlah, anggap mereka sedang dalam masa di pingit.
"Ya Allah Mbak?! Makasih banget. Love you pokoke!!"
Marlina memeluk Azkiya penuh semangat. Santri-santri bagian dapur Azkiya beri baju kembaran untuk acara pernikahannya nanti, menuruti keinginan Marlina menjadi bridesmaids-nya.
Ia ikut senang melihat teman-temannya menyukai gamis dengan warna Sage yang sesuai dengan gaunnya nanti.
"Sama-sama. Doakan lancar ya teman-teman."
"Pasti Mbak!!"
Di tengah obrolan mereka, ponsel milik Azkiya berdering tanda ada panggilan masuk.
Saat melihat si pemanggil, Azkiya segera mengangkat telepon dan berjalan keluar dari kamar.
"Waalaikumsalam, Bu."
["Gimana persiapan nikahnya? Udah siap kan? Ini keluarga juga sudah mantap mau otw ke sana."]
"Alhamdulillah persiapan sudah 90% Bu. Yang datang ke sini hanya keluarga inti kan Bu?"
Sebelumnya Azkiya sudah memperingati ibu dan keluarganya agar jangan semua anggota keluarga besarnya datang ke pesantren, karena kan di rumah juga akan mengadakan resepsi. Jadi tidak perlu semuanya ke sini.
["Gawat Az! Ibu sudah pesan bis untuk keluarga besar kita datang ke pondok."]
Itu suara ka Ridwan. Azkiya mengeluh setelah mendengar informasi yang entah benar atau tidak itu.
Sepertinya Ibu tidak mengindahkan permintaan Azkiya soal yang kemarin.
"Bu, apa benar?"
["Ah nggak kok Az. Kamu jangan khawatir. Nanti ibu akan pilih-pilih lagi saudara yang akan diajak ke acara nikahan kamu. Nggak akan sampai se-bis kok. Kakak kamu itu suka melebih-lebihkan saja."]
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Teen Fiction( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...