"Di pondok lagi heboh ngomongin kamu. Apa benar kamu menghadiahi Abah Yai sebuah mobil baru?"
"Panggil Mas ya cintaku!! Jangan kamu-kamu, nggak sopan!"
Azkiya mengusap kasar wajah Haikal karena kesal. Bukannya langsung menjawab, tapi lebih dulu membahas hal yang tidak terlalu penting.
"Orang kita seumuran juga," keluh Azkiya.
"Tetep beda! Saat aku udah hidup di dunia satu hari, kamu baru nyusul besoknya. Jadi tetap lebih tua aku satu hari. Makanya wajib panggil Mas!! Atau bisa juga panggil sayang, cintaku, pang----"
"Mass! Ya Allah, orang tinggal jawab aja loh pertanyaanku. Kamu malah muter-muter gak jelas. Sengaja menghindar untuk jawab ya?" tuduh Azkiya dengan mata memicing curiga.
Haikal nyengir sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Nggg .... jadi gini sayang. Sebenarnya aku pengen ini hanya jadi rahasia, orang lain ndak perlu tau kebaikan-kebaikan yang aku lakukan. Tapi masalahnya .... ternyata Abah Yai sendiri yang memberi tahu santri-santri kalau aku membelikannya mobil baru."
Ekspresi Azkiya seperti orang yang kehilangan kata-kata untuk sekedar merespon informasi yang Haikal beberkan.
Walau sudah tahu kalau bukan suaminya sendiri yang pamer, tetap saja di hati Azkiya masih ada setitik kekesalan.
"Jadi benar kamu yang ngasih mobil itu? Kelihatannya mobil itu mahal loh, Mas. Kamu punya uang dari mana?"
Azkiya memang tidak pernah menanyakan keluarga Haikal apakah termasuk keluarga kaya, lumayan kaya atau biasa-biasa saja.
Karena menurutnya itu tidak penting. Azkiya bisa menerima Haikal apa adanya.
Tapi dengan kenyataan suaminya mampu membelikan mobil baru untuk Abah Yai, Azkiya jadi penasaran dengan status sosial keluarga suaminya.
"Aku ada uang. Kamu tenang aja, mobil yang aku kasih buat Abah Yai itu bukan kredit, apalagi sewa. Asli bayar kontan!"
"Apa kamu anak orang kaya?" tanya Azkiya pada akhirnya.
Kemudian Haikal bangkit dari posisi rebahan, menjadi duduk menghadap Azkiya.
"Aku anak orang biasa-biasa aja. Tapi kalau kamu minta sesuatu, apapun, insya Allah aku bisa kabulkan," jawab Haikal serius.
Ditatap lama oleh Haikal, Azkiya memutus kontak mata di antara keduanya sembari menghela nafas panjang.
"Aku yaa senang dengan niat baik kamu ngasih Abah Yai mobil baru. Tapi akibatnya itu loh. Teman-teman santri terus jadiin kita bahan pembicaraan. Aku tuh ingin hidup damai, tanpa dighibahi, tanpa dihujat sana sini."
"Loh?! Emang ada yang ngehujat Ayang? Kasih tau siapa?! Nanti aku bilang ke Abah Yai, suruh dikeluarkan saja dari pesantren!"
"Mas?!" Azkiya menatap speechless pada Haikal. "Kamu tuh!!!'
Azkiya mencubit keras lengan Haikal. Entah ini bisa dimasukkan dalam perkara KDRT atau tidak.
"Ndak, Sayangku. Bercanda kok."
Haikal memeluk Azkiya dengan nyaman. Lalu melanjutkan ucapannya.
"Maaf ya, selama bersamaku mungkin hidup kamu banyak gak tenangnya. Tapi aku janji, akan selalu jadi pelindung kamu kalau ada orang yang berani-beraninya nyakitin kamu!"
Perasaan kesal di hati Azkiya perlahan surut setelah mendengar kalimat Haikal. Ia balas memeluk tubuh suaminya tanpa ragu.
"Terimakasih, Mas."
***
"Aku pergi dulu. Kalau ada apa-apa, cepat hubungi aku ya Cinta. Insya Allah aku pulang cepat."
Azkiya diam saja saat Haikal mengecup keningnya lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Novela Juvenil( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...