["Azkiya, kamu di ruangan mana? Kami udah nyampe. Tapi gak ada yang mengarahkan untuk bertemu kamu."]
Azkiya duduk kaku di depan cermin besar. Wajahnya sedang dirias dan di sampingnya, ada Marlina yang memegang ponsel miliknya dalam keadaan panggilan terhubung dengan nomor ka Ilham.
"Aku lagi di make-up Kak. Di ndalem ibu nyai aku sekarang. Yang bisa ke sini gak semua, mungkin hanya Ibu."
["Iya. Memang hanya Ibu yang akan mendampingi kamu di dalam. Tapi ibu gak tahu harus ke mana. Ini gak ada santri yang mengarahkan orang tua mempelai wanita untuk bertemu anaknya."]
Azkiya langsung menoleh pada Marlina.
"Lin, aku minta tolong jemput ibuku di luar dan bawa ke sini."
"Oke mbak."
Pukul sepuluh pagi ini, akad akan dilakukan oleh ketiga mempelai pria. Sedangkan mempelai wanita siap menunggu di rumah ndalem ibu nyai.
Yang menikahkan ketiganya tentu saja Abah Yai langsung. Dan itu sungguh membantu bagi Azkiya yang sudah tidak memiliki bapak.
"Masya Allah, anak Ibu."
Entah mengapa saat ibu datang, Azkiya tidak bisa membendung tangisannya.
Ingat dengan almarhum bapak. Ingat dengan dirinya yang nanti tidak akan lagi serumah dengan ibu.
Itu sangat membuat sedih hati Azkiya yang dalam hitungan jam akan sah menjadi seorang istri yang berbakti pada suaminya.
"Kamu tetap anak ibu walau nanti sudah jadi istrinya nak Haikal. Jadi kalau butuh apa-apa, kamu masih berhak minta dan bilang ke ibu. Walau sudah ada suami yang akan memenuhi semua keinginan kamu. Yaa Nak yaa? Masya Allah ... anak kebanggaan ibu."
Azkiya hanya mampu menangis haru dalam pelukan erat Ibu. Ia sangat tersentuh ketika ibu mengatakan 'anak kebanggaan' beliau.
Walau pada kenyataannya, Azkiya belum sepenuhnya jadi kebanggaan keluarga dan membahagiakan ibu.
Detik-detik ketika tiga mempelai pria akan mengucap akad, Azkiya juga Mbak Amel dan mbak Diana duduk kaku dengan wajah tegang.
Ada keluarga dari masing-masing calon pengantin yang menemani di rumah ndalem ibu nyai.
"SAH!!"
Satu kata itu diteriakkan banyak orang yang berkumpul di halaman pesantren.
Azkiya lega luar biasa dengan proses ijab qobul yang berjalan lancar tanpa gangguan.
Tiba pada momen yang paling mendebarkan. Azkiya diantar oleh Marlina dan Asri untuk bertemu dengan Haikal di luar sana.
Perasaan deg-degan, bahagia, sedih, takut bercampur jadi satu.
Dua minggu tidak bertemu dan berkomunikasi, hari ini Azkiya bisa memandang secara halal wajah Haikal yang memang diakuinya tampan macam idol Korea.
Kini keduanya sudah berhadapan. Banyak kamera yang sedang mengabadikan momen mereka saat ini.
Tangan Azkiya yang gemetar, mengambil tangan Haikal untuk ia cium.
Lalu laki-laki itu membacakan doa dengan satu tangannya memegang puncak kepala Azkiya.
Tahu apa yang tidak disangka-sangka?
Haikal menangis saat membacakan doa untuk perempuan yang sudah sah menjadi istrinya.
Azkiya yang awalnya tidak ingin menangis, kini ikut menangis karena mendengar untuk pertama kalinya seorang Haikal An-Nawa yang hidupnya banyak bercanda, tiba-tiba menangis hebat di hari pernikahan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Dla nastolatków( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...