Hari itu juga Abah dan ibu nyai kembali pulang ke pesantren bersama Haikal yang menjadi sopirnya.
Azkiya diberikan izin di rumah sampai tiga hari sebelum kembali ke pesantren dan mempersiapkan pernikahannya bersama Haikal.
"Az, Ibu mau jujur sama kamu!"
Tangan Azkiya ditarik oleh ibu untuk ikut duduk di ruang tengah. Perempuan paruh baya tersebut kelihatan serius ingin mengatakan sesuatu pada Azkiya.
"Jujur soal apa, Bu?"
"Sebenarnya ada yang sudah lebih dulu ingin melamar kamu sebelum berita bahagia itu sampai ke keluarga kita."
Informasi yang sangat membuat Azkiya kaget sekaligus penasaran.
"Siapa Bu? Terus orangnya sekarang udah tahu belum kalau aku sudah dilamar Haikal?"
Ibu terlihat gelisah akan pertanyaan ini. Beliau pun menjawab.
"Belum. Orangnya lagi kerja di pelayaran. Kayaknya belum balik. Tapi waktu itu ibu juga tidak langsung setuju karena belum membicarakannya sama kamu."
Azkiya sedikit lega mendengar penuturan itu, yang artinya Ibu tidak menjanjikan apapun pada orang yang berniat melamarnya.
Juga mengetahui kalau seseorang itu bekerja di pelayaran, membuat Azkiya langsung bisa memutuskan kalau ia kemungkinan besar tidak menerima lamaran seseorang itu karena alasan pekerjaan.
Dia tidak ingin mempunyai suami yang pulangnya satu kali setahun dan mereka harus LDR lama tanpa pernah bertemu.
"Nah! Maka dari itu kamu harus mengumumkan kabar lamaran ini agar diketahui orang banyak. Coba upload foto tadi malam di media sosial kamu, biar laki-laki lain tidak mengira kalau kamu itu masih single."
Azkiya menghela nafas keberatan dengan perintah ibu. Ia tipe orang yang anti pamer ini itu di media sosial, malas jadi bahan pembicaraan orang lain.
Apalagi ini tentang perjodohannya dengan Haikal yang memiliki banyak fans santri putri.
Bisa-bisa akun sosial medianya diserbu oleh fans Haikal yang tidak terima idolanya menikah dengan Azkiya.
"Nggak ah, Bu. Ada yang pernah bilang kalau lamaran itu disembunyikan, tapi saat nikah baru diumumkan."
"Tidak berlaku untuk kamu Azkiya! Diam-diam begini banyak yang ingin sama kamu loh. Jangan sampai calon mantu Ibu ditikung laki-laki lain."
Baru pertemuan pertama saja Haikal sudah berhasil mencuri hati ibunya seperti ini.
Tapi mengapa hati Azkiya belum bisa luluh ya?
"Nanti deh, kalau nggak lupa."
Obrolan dengan ibu selesai. Azkiya kembali masuk ke dalam kamarnya.
Untuk sesaat, perempuan itu terdiam melihat setiap sudut kamarnya dengan perasaan sedih, sebab setelah menikah nanti ia akan resmi diboyong oleh Haikal ke tempat baru.
Meski jarang pulang dan menempati kamarnya, Azkiya tetap merasa berat hati harus meninggalkan kamar ternyaman tempatnya pulang.
Duduk di depan meja belajar yang dipenuhi banyak kitab kuning, Azkiya membuka ponsel yang seharian ini tidak ia pegang.
Berbagai notif dari aplikasi di ponselnya membuat Azkiya penasaran untuk melihatnya.
Salah satunya yaitu aplikasi chat grup santriwati menjadi notif yang terbanyak hingga Azkiya memilih untuk membukanya lebih dulu.
"Ya Allah!!"
Full isi chat grup itu membicarakan tentang lamaran dirinya dan Haikal. Lengkap dengan foto hasil screenshot yang diambil dari akun media sosial milik Haikal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Novela Juvenil( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...