Pukul dua siang.
Setelah selesai dengan urusan fitting baju pengantin, Gus Faruq mengajak semuanya untuk mampir ke warung soto yang terkenal enak.
Mereka menempati meja panjang dengan posisi berhadapan dan Azkiya berada di urutan paling pojok.
"Dari kalian ada yang mau melangsungkan resepsi dua kali di rumah juga?"
Ning Ana bertanya sembari menatap satu persatu santrinya yang sebentar lagi akan menikah.
"Kalau saya dan Diana tidak akan melakukan resepsi lagi. Uangnya untuk pergi bulan madu saja," jawab kang Akhyar dengan mantap.
Lalu kang Musthofa dan mbak Amel juga ikut menjawab.
Azkiya mencuri lirik ke arah Haikal yang berada di depannya. Mereka belum mendiskusikan jawaban atas pertanyaan Ning Ana ini.
"Kalau mbak Azkiya gimana?"
Ning Ana melihat ke arah Azkiya yang gugup dengan terus menundukkan pandangan.
Dan pertanyaan itu dijawab mantap oleh Haikal.
"Insya Allah, kalau kami akan melakukan resepsi juga di rumah Azkiya."
Jawaban yang membuat Azkiya mengangkat pandangan dengan wajah terkejut.
Sebab ia belum membicarakan hal ini dengan keluarganya. Siapa tahu belum ada uang yang cukup untuk mengadakan resepsi di kampung.
Keputusan sepihak dari Haikal membuat Azkiya menggerutu dalam diam.
Selesai makan, kelompok perempuan pamit pergi ke kamar mandi. Azkiya yang awalnya tak berniat ikut, mendadak ingin ikut dengan mbak Amel dan mbak Diana, dari pada duduk canggung di hadapan tiga kang santri.
"Gak kebayang kalau yang jadi dijodohkan dengan Haikal itu Mbak Wulan."
Azkiya yang sedang berkaca di cermin besar, sontak menolehkan kepalanya ke arah mbak Amel yang baru saja berkata demikian.
Mbak Amel yang sadar sedang ditatap oleh Azkiya, tersenyum kecil.
"Udah tau belum? Kalau Haikal dan mbak Wulan pernah ada hubungan?"
Azkiya menggeleng pelan. Ia baru mendengar kabar yang ini. Haikal memang terkenal playboy.
Tapi tak menyangka sampai seorang lurah santri putri pun bisa termakan rayuan gombalnya.
"Mel, ndak usah diungkit-ungkit lah. Itu kan masa lalu. Yang terpenting kan Haikal lebih memilih Azkiya dari pada mbak Wulan. Jangan bikin calon manten over thinking," tegur mbak Diana.
Azkiya yang mendengar semuanya, hanya bisa tersenyum tipis dengan perasaan tak menentu.
Tiba-tiba ia teringat dengan kejadian di mana mbak Wulan terciduk sedang ketemuan dengan seorang santri putra di belakang gedung asrama.
Lalu terhubung dengan kejadian Haikal yang meminjamkan sarung untuknya saat di kamar mandi waktu itu.
Dan sarung itu baru Azkiya sadari kalau memang sama dengan sarung yang dipakai santri putra saat bertemu dengan mbak Wulan.
"Ya Allah."
Tubuh Azkiya lemas seketika. Sampai kedua tangannya kini berpegangan pada sisi wastafel.
Mbak Amel dan mbak Diana sudah kembali, meninggalkan Azkiya dengan isi kepala yang penuh dengan pikiran negatif.
"Apakah Haikal berkhianat di belakangku?"
***
"Maaf ya. Tukeran supir dulu. Soalnya kang Musthofa dan kang Akhyar mau diajak mampir ke toko bangunan. Jadi kalian pulang disupiri kang Haikal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Teen Fiction( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...