Satu tahun tanpa kabar dan tak pernah bertemu, mengapa debaran jantung yang abnormal ini masih Azkiya rasakan saat bertemu laki-laki yang pernah mengisi hatinya dulu?
"Kiya, gimana kabarnya?"
Suaranya semakin memporak-porandakan perasaan Azkiya saat ini.
Perempuan itu hanya mampu menundukkan pandangan dengan lemah, tanpa daya.
"Saya ... baik, Gus."
"Alhamdulillah. Oh ya! Saya ada oleh-oleh untuk kamu. Sebentar, tak ambil dulu."
Setelah kepergian Gus Fikri, Azkiya menghirup udara sebanyak mungkin. Tangannya ikut memukul-mukul bagian dada yang tiba-tiba terasa sesak.
"Azkiya."
Ibu nyai muncul sebelum Gus Fikri kembali membawa oleh-oleh yang dimaksud.
"Ibu mau minta tolong dibuatkan sambel lutis, buat mantu ibu yang lagi mual-mual itu. Dia ngidam malam-malam begini, pengen lutisan."
Azkiya langsung mengangguk siap di hadapan ibu nyai.
Sepanjang membuatku sambel lutis, isi pikiran Azkiya sibuk menduga-duga alasan Ning Mila mual-mual apakah karena mabuk perjalanan atau karena .... sedang hamil?
Azkiya menggeleng, berusaha menghilangkan perasaan terluka atas kabar bahagia hamilnya Ning Mila.
Sudah satu tahun berlalu. Harusnya ikhlas itu benar terjadi. Tapi ternyata sesulit ini.
Apakah jika dipertemukan kembali dan hidup di tempat yang sama.
Sungguh, Azkiya ingin move on!
Kemudian tiba-tiba Azkiya terpikirkan sosok Haikal.
"Kiya."
"Eh, astaghfirullah!"
Saking kagetnya dengan orang yang tiba-tiba hadir di sampingnya, Azkiya sampai menjatuhkan ulekan yang sedang ia pegang.
Alhasil ulekan dari batu itu mengenai kakinya. Azkiya mengaduh sakit.
"Ya Allah, Ki ... hati-hati. Jangan ceroboh."
Azkiya langsung memundurkan langkah saat melihat Gus Fikri hendak berjongkok di hadapannya, mungkin berniat melihat kakinya yang baru kejatuhan ulekan tadi.
"M-maaf Gus."
Azkiya terus menundukkan pandangan. Matanya sudah berkaca-kaca dan ia ingin segera balik ke kamar asrama, menumpahkan perasannya saat ini.
"Jangan lupa diobati kalau kakinya sampai memar. Dan ini oleh-oleh yang saya bawa dari Turki untuk kamu. Semoga suka."
Sudut mata Azkiya melirik ke arah bingkisan yang Gus Fikri tinggalkan di atas meja.
Laki-laki itu langsung pergi sebelum Azkiya sempat mengucapkan kata terima kasih.
Sakit di kakinya akibat kejatuhan ulekan, masih kalah dengan sakit yang ada di hatinya.
Azkiya menangisi perasannya yang melelahkan ini. Ia harap kehadiran Haikal bisa membuatnya menghilangkan rasa cinta pada suami orang.
***
"Calon manten! Calon manten! Dicariin Ning Ana tuh."
Semua tatapan orang-orang di dapur langsung tertuju pada Azkiya yang sedang berdiri di depan kompor yang menyala.
Baru saja berniat masak, ternyata dipanggil.
"Mbak, sepertinya dalam waktu dekat harus diadakan pemilihan ketua dapur. Soalnya Mbak udah waktunya cuti untuk persiapan nikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Teen Fiction( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...