Sampai siang, tidak ada obrolan di antara keduanya. Padahal seharian ada di bawah atap yang sama, hanya berbeda ruangan.Azkiya terus berada di dalam kamar, sedangkan Haikal berada di ruang tv.
Akhirnya Azkiya menyerah untuk keluar dari kamar karena perutnya minta diisi.
Lewat sudut matanya, Azkiya melihat Haikal masih ada di ruang tv. Ia tidak menoleh dan terus berjalan menuju dapur.
Begitu melihat sudah banyak makanan tersaji di meja makan, Azkiya merasa terharu karena Haikal tetap memperhatikannya walau mereka sedang diem-dieman sepanjang hari.
Juga merasa bersalah, karena sebagai istri dia tidak melayani suami seharian ini.
Sekitar 15 menit, selesai makan Azkiya kembali ke kamar. Namun ternyata Haikal juga ada di dalam.
Azkiya melihat suaminya sedang membuka koper miliknya sendiri, lalu memasukkan barang-barangnya seperti yang dilakukan Azkiya tadi.
"Mas, kamu juga mau pergi?"
Azkiya bertanya khawatir karena menduga Haikal akan ikut pulang dengannya ke rumah.
"Iya," jawab Haikal.
Cueknya itu membuat Azkiya sedih. Karena selama ini Haikal selalu bersikap manis dan lembut padanya.
"Pergi ke mana Mas?"
"Jawa barat."
Perasaan Azkiya langsung lega sekaligus sedih. Suaminya akan pergi jauh tanpa ditemani olehnya. Entah punya tujuan apa Haikal akan pergi ke Jawa barat.
"Tapi kamu ngizinin aku pulang kan Mas?"
Untuk pertanyaan itu, Haikal diam saja, tidak menjawab.
Laki-laki itu menutup resleting koper miliknya, tanda dia sudah selesai memasukkan barang-barangnya ke dalam koper.
Kemudian Haikal beralih membuka koper milik Azkiya, yang itu membuat si pemilik koper langsung bereaksi.
"Mas?! Mau diapain koperku?"
"Ssttt, diam! Jangan bergerak. Tetap di situ."
Azkiya tanpa sadar menurut. Dia berdiri dengan terus menatap khawatir isi kopernya yang kini sedang diacak-acak oleh Haikal.
"Mas, kamu nyari apa sih? Aku nggak bawa barang aneh loh."
"Hmm..."
Haikal mengeluarkan tiga gamis yang sudah Azkiya pilih, lalu diganti dengan sarung dan baju atasan yang sudah jarang Azkiya pakai.
"Mas, aku di rumah jarang pakai sarung. Itu kenapa gamis dikeluarkan semua?!"
Azkiya sudah menahan kesal dengan kelakuan Haikal yang tidak dimengertinya itu.
Bahkan suaminya juga memasukkan satu pak pulpen dan buku baru ke dalam koper.
Padahal untuk apa coba? Azkiya tidak pernah menulis apapun saat di rumah.
"Mas!! Kalau kamu gak ngizinin aku pulang, bilang aja. Jangan acak-acak isi koperku kayak gini!"
Gak lagi marahan, gak lagi baikan, tingkah Haikal selalu ada saja yang membuat Azkiya kesal dan marah-marah.
"Ssttt! Manut suami, insyaallah berkah."
Haikal menutup resleting koper milik Azkiya dan memasukkan kembali gamis istrinya ke dalam lemari.
Kini Azkiya duduk di sisi tempat tidur, cemberut dengan wajah bete.
"Jangan di otak-atik lagi isinya!" tunjuk Haikal pada koper Azkiya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Teen Fiction( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...