Niat hati ingin masak menu sarapan simple, sekedar telur ceplok. Jadi berubah setelah kedatangan tamu subuh-subuh.
Ternyata Om Haris.
Azkiya pergi ke pasar sendiri, membiarkan Haikal mengobrol bebas dengan Om Haris.
"Betah kau tinggal di rumah sempit seperti ini?"
Sedari tadi Om Harus terlihat memperhatikan seluruh sudut rumah dengan keningnya yang berkerut dalam.
Orang yang tak pernah susah sejak kecil itu bertanya sesuatu yang tidak membuat Haikal kaget.
"Betah dong. Kan tinggal serumah sama bidadari," jawab Haikal bangga.
Mendengar itu, Om Haris tersenyum.
"Benar. Mungkin aku juga akan berkata demikian jika Sandra masih hidup. Tak apa tinggal di rumah yang lebih sempit dari ini, asal bersama dengan orang yang kita cintai."
Om Haris, tak lain adalah adik kandung mamanya, kini menjadi duda setelah ditinggal mati oleh istrinya dua tahun lalu.
Laki-laki setia itu tidak menikah lagi walau sudah banyak perempuan yang mendaftar ingin jadi istrinya.
"Udah ah, jangan sedih-sedih begitu. Mending langsung bahas kerjaan aja."
Haikal membuka laptopnya. Diskusi tentang pekerjaan mulai berlangsung.
Sedangkan di bagian dapur, Azkiya sibuk memasak berbagai menu makanan untuk sarapan mereka.
Ia ingin memperlihatkan pada keluarga suaminya kalau ia adalah mantu yang baik dan pintar masak.
Kalau ingin merebut hati keluarga suami bisa lewat jalur pintar masak kan?
Dan Azkiya akan melakukan itu dengan baik.
"Ini ... hadiah untuk perempuan yang mau-mau saja jadi istrinya Haikal. Padahal masih banyak laki-laki lain di luar sana yang lebih tampan dari pada ponakan Om ini."
Keluarga Haikal ini tipe yang tidak pernah mempromosikan hal-hal baik tentang Haikal pada orang lain.
Tapi walau dengan niatan bercanda, Azkiya tentu lebih mengenal suaminya setelah ia menikah dan lebih dekat.
"Terimakasih, Om."
Paper bag yang Azkiya terima terdapat logo brand terkenal yang biasa para artis membelinya.
Azkiya tidak tahu apa isinya. Sampai ketika Om Haris pamit pulang, baru ia membuka isinya.
"Wow! Gaun."
Azkiya menatap dengan mata berbinar pada gaun berwarna kuning cerah yang diberikan Om Haris untuknya.
Tapi kemudian ia tersadar akan sesuatu pada gaun tersebut.
"Gimana? Suka sama gaunnya?" tanya Haikal yang ikut melihat Azkiya saat unboxing hadiah dari Om Haris.
"Suka, Mas. Tapi gaunnya cuma sebatas lutut dan berlengan pendek. Sayang banget gaun bagus gini bukan hijab friendly."
"Sengaja! Emang aku yang request."
Azkiya menatap tak mengerti pada suaminya.
"Iya. Aku yang request baju untuk sama Om Haris saat dia tanya adik iparnya biasa dihadiahi apa?"
"Ya Allah, Mas."
"Biar pas kamu cantik pake gaun itu, cuma aku yang lihat! Cuma aku yang menikmati .... khusus malam Jum'at nanti."
Haikal berbisik di akhir kalimatnya, membuat Azkiya bergidik ngeri lalu memukul dan mendorong dada suaminya.
"Iih nyebelin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Teen Fiction( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...