Pertama kalinya masak untuk suami.
Setelah subuh tadi Azkiya pergi ke pasar yang jaraknya jauh lebih dekat dari rumahnya.
Ia membeli sayur dan ikan tongkol untuk menu sarapan kali ini.
Sedangkan Haikal, terlihat duduk di ruang makan dan sibuk dengan laptopnya.
Azkiya tidak tahu Haikal punya kerjaan sampingan apa selain jadi supir Abah Yai.
"Cintaku ... pokoknya kita pulang kampung naik mobil pribadi aja! Gak usah pesen tiket kereta, ribet."
Haikal ikut nimbrung ke dapur saat kegiatan masak Azkiya hampir selesai.
"Mobil pribadi atau mobil nyewa?" tanya Azkiya meledek.
Haikal nyengir lebar sampai barisan gigi-gigi putihnya terlihat jelas oleh mata Azkiya.
"Berawal dari nyewa, insya Allah bisa beli sendiri."
"Amin. Ya terserah kamu deh."
Azkiya hanya menurut saja, sebab yang punya uang kan Haikal.
Menu makanan yang Azkiya masak telah siap dinikmati.
Keduanya duduk di ruang makan. Haikal yang semual duduk di depan Azkiya, langsung berpindah tempat duduk jadi di samping istrinya.
Sebucin itu!
"Suapin dong," pinta Haikal seperti anak kecil.
"Aku suapin kalau tangan kamu dua-duanya buntung."
"Astaghfirullah cintaku!! Jangan doa jelek kaya gitu. Gak baik!"
Azkiya tidak menghiraukan ucapan Haikal. Ia segera menuangkan nasi pada piring milik Haikal dan menyuruh laki-laki itu untuk mengambil sendiri lauk yang dia mau.
Selesai sarapan. Azkiya berniat untuk mencuci piring dan membersihkan dapur, tapi dilarang oleh Haikal.
"Aku aja yang cuci piring dan beres-beres. Kamu duduk manis aja di ruang TV."
Azkiya mengangguk patuh. Ia duduk menunggu di ruang TV sambil main ponsel. Ada banyak chat masuk, salah satunya dari nomor Ibu yang langsung dibaca olehnya.
[Az, tanya suamimu. Rombongan keluarga dia yang mau datang jumlahnya berapa? Biar orang rumah bisa menyiapkan tempat untuk istirahat.]
Setelah membaca itu, Azkiya termenung sesaat. Ia sama sekali belum mengerti tentang latar belakang keluarga Haikal.
Bertemu ibu mertua dan ayah mertua juga belum. Azkiya hanya sempat diperkenalkan dengan Om Haris yang kemarin datang sebagai perwakilan dari keluarga mempelai pria.
Secepatnya Azkiya harus menanyakan ini pada suaminya.
Begitu melihat Haikal telah selesai cuci piring dan sedang berjalan ke arahnya, Azkiya memanggil.
"Kang, sini deh!"
Namun entah mengapa tiba-tiba langkah Haikal berhenti. Pandangan laki-laki itu lurus ke depan, bukan melihat ke arah Azkiya.
"Kang, ngapain berhenti di situ? Sini lah! Aku mau tanya sesuatu."
Haikal masih tidak bergeming dari tempatnya berdiri. Seperti cosplay menjadi patung Pancoran.
Azkiya geleng-geleng kepala tak paham dengan isi kepala suaminya yang random itu.
"Kang!!"
"Satu kali lagi kamu panggil aku 'Kang', aku gak akan nengok!"
Azkiya melebarkan bola matanya tak percaya dengan jawaban Haikal. Ternyata suaminya mendadak ngambek hanya karena panggilan 'Kang'.
"Ya Rabbi!! Gitu aja ngambek, kang ... kang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Fiksi Remaja( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...