"Saya perlu bicara!"
Haikal menahan ning Mila yang hendak keluar dari sebuah kafe.
Sejak satu jam yang lalu, Haikal sudah mengintai posisi Ning Mila dan mencari waktu yang tepat untuk bicara.
"Oke." Ning Mila tersenyum tenang, seolah sudah tahu tujuan Haikal mengajaknya bertemu.
Mereka memilih ruangan di kafe lantai dua. Haikal tentu tidak sendiri. Dia bersama Mahendra, orang kepercayaannya yang selalu membantu Haikal.
"Sebelumnya, selamat atas perceraian njenengan dengan Gus Fikri."
Haikal mengawali obrolan keduanya dengan kalimat sarkas tersebut. Andai yang mengusik rumah tangganya adalah laki-laki, Haikal tidak akan mengawali basa-basi pertemuan mereka dengan kata-kata, tapi langsung main tangan.
Minimal sampai membuat orangnya babak belur.
"Ah ya. Terimakasih. Semoga kamu dan Azkiya juga nyusul."
Haikal menyunggingkan senyum miring. "Tidak akan pernah terjadi! Karena rumah tangga kami dibangun atas dasar saling cinta. Bukan cinta sebelah pihak seperti njenengan pada Gus Fikri."
Ning Mila mulai terpancing emosi. Wajahnya memerah menahan marah. Tangannya mengepal di atas meja.
"Langsung saja. Kelakuan njenengan yang meneror Azkiya dan memecahkan jendela rumah kami waktu itu, akan saya proses ke pengadilan. Dan kemarin, njenengan berulah lagi dengan mengirimkan foto saya dengan mbak Wulan."
"Saya tidak paham mengapa perempuan solehah seperti njenengan mau melakukan hal rendahan seperti itu."
"Silahkan bawa ke meja hijau. Tapi perlu kamu tahu juga bahwa santri perempuan yang kamu anggap kakak itu, juga bekerja sama denganku untuk meneror Azkiya!"
Haikal langsung menggumamkan nama Mbak Wulan dengan perasaan tak percaya.
Selama ini, dia selalu berpikiran positif tentang Mbak Wulan. Orang pertama yang mendukungnya agar tetap bertahan di pondok. Orang yang mendapati dirinya hendak kabur dari pondok, akhirnya batal. Dan orang yang selama ini masih Haikal anggap sebagai kakak perempuan, tidak pernah lebih dari itu.
"Kamu terlalu polos dengan menganggap Wulan hanya sebatas kakak angkat. Tanpa tau, Wulan punya rasa yang menggebu-gebu untuk bisa memiliki kamu. Bahkan merebut kamu dari Azkiya pun dia mampu."
"Jangan fitnah!" tegas Haikal.
Ning Mila tersenyum meremehkan. "Kamu hanya tahu Wulan batal nikah karena alasan yang dia karang, tunangannya berselingkuh. Tapi faktanya, dia tidak mau melanjutkan hubungan itu karena masih gagal move on dari kamu Haikal."
"Calon suaminya menemukan banyak foto kamu di ponsel Wulan. Saat disuruh menghapusnya, Wulan tidak mau. Kalau sudah begitu, laki-laki mana yang mau menikahi perempuan dengan masa lalunya yang belum selesai?"
Haikal diam. Termenung lama. Niat awal dia menemui Ning Mila untuk menggertak perempuan itu atas kelakuannya yang mengusik.
Tapi justru kini dirinya yang dibuat terdiam dengan fakta-fakta yang dibeberkan oleh ning Mila.
"Kamu tanya aku tahu dari mana? Jelas dari sumbernya langsung. Kenapa bisa? Yaa awal mula kami bersepakat untuk meneror Azkiya karena sama-sama punya dendam dengan istrimu itu."
Kemudian Ning Mila bangkit dari duduknya, melihat Haikal sudah tidak punya kekuatan menggertaknya.
"Terakhir ... aku sedang proses ikhlas atas perceraianku dengan Gus Fikri. Jadi setelah aku benar-benar ikhlas, aku tidak ada urusan lagi dengan rumah tanggamu bersama Azkiya. Kalau setelahnya kamu mendapat gangguan lagi, itu bukan dari aku. Tapi dari Wulan yang terobsesi memiliki kamu, Haikal."
Kemudian Ning Mila benar-benar pergi dari hadapan Haikal yang masih diam seribu bahasa.
Laki-laki itu selalu percaya jika perasannya utuh hanya untuk Azkiya, maka godaan dari perempuan manapun tidak akan pernah menggoyahkan rasa cintanya untuk Azkiya.
Tapi benarkah akan selamanya begitu? Bagaimana kalau suatu hari dia khilaf dan menyakiti Azkiya?
____________
Author note~
(Nyuwun ngapunten sedoyo. Bab ini hanya sedikit. Insya Allah dibayar besok double up. Maturnuwun 💖)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Mbak Santri
Genç Kurgu( BISMILLAH PROSES TERBIT ) "Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahun kedelapan dirinya nyantri di pondok pesantren Al-Furqon. Abah Yai menj...