Kedatangan Ibunda Mertua

6.7K 344 6
                                    

Siang ini, Gus Faruq dan ning Ana mengunjungi rumah Haikal. Sekalian menjenguk Azkiya yang sakit demam setelah kejadian itu.

Memang Azkiya mudah jatuh sakit ketika banyak pikiran.

"Azkiya di mana, Kal?" tanya Ning Ana begitu masuk rumah.

"Ada di kamar, Ning. Monggo masuk saja."

Ning Ana mengangguk dan segera masuk ke kamar.

Kini di ruang tamu hanya ada Gus Faruq dan Haikal yang mulai ngobrol serius.

"Sudah tau siapa pelakunya?" tanya Gus Faruq.

"Belum, Gus. Tapi saya mencurigi seseorang."

"Kalau memang pelakunya dari anggota keluarga kami, jangan takut untuk membawanya ke meja hijau."

Haikal mengangguk setuju dengan ucapan Gus Faruq.

Selagi ia menemani Azkiya yang masih kurang baik, ada beberapa orang yang ia suruh untuk mencari tahu siapa pelakunya.

Dan setelah kejadian itu, Haikal membenarkan kaca jendela yang pecah dan memasang CCTV di depan rumahnya.

Ia tidak ingin istrinya kenapa-kenapa lagi ketika ditinggal pergi menemani Abah Yai.

Di kamar, ning Ana mengeluarkan bingkisan yang ia bawa. Bolu ubi ungu yang kelihatan enak.

"Sudah makan belum?"

Azkiya yang kini duduk bersandar, menggeleng pelan.

"Belum, Ning."

"Ndak nafsu makan nasi ya? Cobain deh bolu ini. Dijamin pasti enak!"

Azkiya tidak menolak saat ning Ana menyuapinya bolu ubi. Tiba-tiba matanya mengembun.

Ia ingat ibu, rindu ibu.

"Kehidupan kamu yang sekarang ini banyak diinginkan orang lain, Az. Jadi wajar ada yang gak suka. Tapi jangan takut, jangan lemah. Karena itu akan membuat orang yang gak suka kamu, merasa kesenengen."

Azkiya mengigit bibir bawahnya, menahan tangis. Dia pun memaksakan senyum.

"Iya, Ning. Mohon doanya."

"Orang-orang iri karena kamu punya Haikal di samping kamu. Mbak juga salah satu saksi, Az. Betapa Haikal punya cinta yang begitu besar untuk kamu."

"Maka dari itu, mbak sempat tidak setuju ketika kamu menjalin hubungan dengan Fikri. Kita memang tidak jadi ipar, tapi kamu tetap mbak anggap sebagai adik. Jadi jangan sungkan untuk berbagai cerita ya."

"Ning..."

Azkiya sudah tidak bisa menahan tangisnya. Dan Ning Ana segera memeluknya.

"Jangan banyak pikiran, Azkiya. Kamu harus sehat kembali. Mbak juga mendoakan kesembuhan kamu."

***

[Haikal. Ibu sudah di stasiun. Kamu bisa jemput Ibu sekarang?]

Haikal langsung berdiri dan menatap dengan mata melotot pada pesan yang baru saja ia baca.

Tidak ada kabar-kabar akan berkunjung, Ibunda mertua tahu-tahu sudah ada di stasiun.

"Kenapa, Kang?"

Di teras rumah, kini ada empat santri putra yang biasa begadang tiap malam, menemani Haikal.

"Ini, Ibunda mertua mau datang."

Haikal segera masuk ke dalam rumah. Tidak mungkin Azkiya yang meminta Ibu untuk datang, karena selama sakit istrinya banyak istirahat tanpa main ponsel.

Jodoh Mbak SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang