Unfinished Bussiness

534 19 4
                                    

Meta terlihat tengah menikmati suasana malam ini dengan duduk di kursi santai pinggir kolam renang. Dia merebahkan dirinya sambil menikmati suasana kolam renang yang dikelilingi lampu termaram dan sunyi. Di sebelahnya ada meja yang di atasnya terdapat satu botol wine dan gelas yang terisi setengah dengan cairan berwarna burgundy itu. Tadi dia pulang bersama Rangga, sedangkan Gisel dan Arga bilangnya mau ke supermarket terdekat dulu mau membeli sesuatu. Sepertinya itu hanyalah alasan mereka berdua yang ingin berpacaran dan Meta sangat mengerti akan hal itu. Walaupun malas harus berlama-lama ada di dekat Rangga, gadis itu tak punya pilihan lain selain pulang bersama si buaya darat! Semoga saja besok Tata segera datang dan dia bisa bebas dari Rangga yang terlihat begitu intens mendekati dirinya belakangan ini.

"Gimana? Ada yang perlu kita diskusikan gak?" Suara berat dari miliknya Rangga terdengar, lelaki itu mengambil tempat duduk di kursi santai di sebelah Meta.

"Hah? Apaan? Dateng-dateng ngajak diskusi! Pejabat lu?" Ledek Meta sambil menenggak satu teguk wine di gelasnya.

"Tentang masa lalu kita, kayaknya harus ada yang dibahas deh"

"Ngapain bahas masa lalu? Gak perlu!"

"Kalo denger jawaban lo kayak gitu, berarti ada yang perlu kita bahas baby. Ada Unfinished bussiness antara kita, better diselesaikan sekarang"

"Gak usah ngaco deh Rangga, masa lalu kita itu udah 10 tahun yang lalu dan udah selesai, tuntas! Gak ada yang perlu dibahas!"

"Gw serius" Wajah lelaki itu tak pernah terlihat seserius itu, Meta sampai kaget melihatnya. Wanita itu merubah posisi dari rebahan menjadi duduk berhadapan dengan Rangga.

"Lagi mau ngerjain gw ya?"

"Gw serius Aleya Garmeta Karim!"

Gadis itu terkejut karena lelaki ter brengsek di hidupnya itu masih ingat nama lengkapnya.

"Kaget ya? Gw masih inget nama lengkap lo?"

"Trick apalagi sih ini Ga? Udah deh gak akan mempan di gw! Ganggu aja deh lo, orang lagi asik ngelamun juga!" Meta hendak pergi dari pinggir kolam renang itu tapi Rangga keburu menahan tangannya.

"Gak semua yang gw katakan dan lakukan itu adalah trick"

"Oh ya? Sayangnya gw terlalu bodoh untuk bisa bedain, jadi mendingan udah ya. Gw gak mau bahas apapun sama lo!"

"Apa lo sebenci itu sama gw?" Tanya Rangga to the poin.

Meta hanya menatap Rangga dengan tatapan keheranan, ada apa dengan lelaki ini? Kenapa setelah 10 tahun dia seolah peduli dengan apa yang Meta rasakan padanya.

"Apakah lo mengharapkan permintaan maaf dari gw? Apakah kata maaf cukup buat ngilangin rasa kesel lo sama gw?"

"Cih! Gw gak pernah ngarep apa-apa dari lo! Harapan gw cuma satu, lo gak ganggu gw lagi! Cukup!"

Rangga menarik gadis itu hingga Meta yang tadinya berdiri kini dia terduduk di sebelahnya dengan jarak yang sangat dekat dan tangan Rangga yang masih mencengkram nya dengan erat.

"Kita akan selalu ketemu dan akan selalu bersinggungan"

"Ya gapapa, yang penting lo gak ganggu aja!"

Rangga tersenyum sinis "lo ngeliat gw aja udah ngerasa keganggu kan? Hmm?" Wajah Rangga semakin mendekat pada gadis itu hingga membuat Meta memundurkan kepalanya.

"Udah deh, sekarang lo bilang aja mau lo apa? Gw males basa-basi sama orang jago ngomong kayak lo!" Dengan sekuat tenaga dia berusaha melepaskan genggaman tangan Rangga pada jemarinya. Tapi semakin dia coba maka cengkraman tangan itu semakin kuat.

FIRECRACKERS (II) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang