A Half Way

448 16 0
                                    

Setelah delapan hari menghabiskan waktu berkeliling dari satu kota ke kota lain dan dari satu negara ke negara lain, akhirnya Arga kembali ke Jakarta. Gisel dengan tidak sabar menanti Arga di penthouse milik lelaki itu. Dari sore dia sudah sibuk memasak beberapa hidangan kesukaan Arga di dapur penthouse yang sepertinya tidak pernah dipakai sama sekali itu. Gisel memang sudah diberikan akses untuk keluar masuk di penthousenya Arga. Seperti janji lelaki itu, salah satu kamar di penthousenya sudah dirubah menjadi walking closet untuk Gisel. Jadi gadis itu, beberapa kali datang ke sana untuk berbincang dengan arsitek yang merancang walking closet untuknya. Selain itu dia juga sering mengirimkan makanan atau sekedar menyetok susu kesukaan Arga di kulkas. Dia harus membiasakan diri dengan tempat ini,  karena kelak mereka berdua akan tinggal di sana setelah menikah.

Ketika Arga muncul di depan pintu, Gisel langsung memeluknya dengan sangat erat. Gadis itu merindukannya! Sangat! Arga juga tak mau kalah, dia memeluk bahkan sempat mengangkat tubuh tunangannya yang jauh lebih kecil darinya itu sangking gemas dan rindunya.

"Aku kangen banget Arga! Aku seneng kamu pulang dengan selamat"

"Memangnya aku kemana? Aku kan cuma kerja Sel, bukannya perang"

"Ya tapi tetep aja, aku khawatir"

"Aku juga khawatirin kamu, takut ada yang ambil"

"Ngawur! Emang aku pisang goreng? Yang bisa dicomot gitu aja?"

"Jadi pengen pisang goreng!"

"Jangan aneh-aneh! Aku udah masak makanan kesukaan kamu! Ayo makan dulu dan harus habis!"

"Pasti!! Aku bosen banget makan makanan di sana! Aku kangen makanan Indo, terutama masakan kamu!" Arga dengan gemas merangkul leher Gisel dan langsung menariknya ke meja makan.

Gisel bukannya protes dengan semua keusilan Arga itu tapi dia malah senang! Sepertinya Arganya yang nyebelin sudah kembali!

Sangking ngilernya dengan bau masakan yang dari tadi seperti memanggil-manggil namanya, Arga langsung duduk di meja makan tanpa melepas pakaian kerjanya terlebih dahulu.

"Kamu gak mau mandi dulu?"

"Nanti aja abis makan"

"Yaudah dicopot dulu dong ini jas nya, biar makannya leluasa" Dengan lembut Gisel membantu Arga melepaskan jas berwarna hitam itu dari tubuh calon suaminya. Arga yang diperlakukan seperti itu hanya senyam-senyum persis seperti orang bodoh.

"Ini juga dicopot dulu" Gisel melepaskan dasi yang menggantung di leher Arga dan juga melepaskan dua kancing kemejanya. Arga makin tak berkutik, rasanya melihat gadisnya berada sedekat ini dengannya membuat jantungnya berdetak dengan brutal.

Terkahir Gisel melepaskan kancing di kedua lengan Arga kemudian menggulung kemeja itu hingga batas siku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkahir Gisel melepaskan kancing di kedua lengan Arga kemudian menggulung kemeja itu hingga batas siku.

"Nah! Udah kan? Kalo gini, makan nya jadi lebih nyaman" Gisel tersenyum dan menatap kedua bola mata yang dari tadi terus menatapnya tanpa berkedip. Entah sudah berapa ribu kali mata mereka bertatapan, tapi kenapa rasanya jantung Gisel belum juga terbiasa dengan tatapan mata tajam yang seperti menyihirnya itu.

FIRECRACKERS (II) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang