Dilemma

652 31 9
                                    

Malam sudah semakin larut, tapi halaman belakang keluarga Winata masih ramai dengan gelak tawa dari empat orang pria dewasa yang sedang merayakan kembalinya Dery ke Jakarta. Mereka menikmati dua botol wine yang dibawa oleh Rangga khusus untuk Dery, sosok yang sudah dia dan Putra anggap sebagai kakak mereka sendiri. Dari dulu, Dery adalah sosok panutan untuk Arga, Putra dan Rangga. Kalau ada masalah apapun, biasanya Dery selalu jadi tempat mereka mengadu dan bertanya solusinya. Dan lelaki yang lebih tua empat tahun dari mereka itu, selalu bisa bisa memberikan jawaban yang mencerahkan.

Obrolan mereka mulai ngalor-ngidul, berawal dari membahas isu krisis pangan yang sekarang sudah semakin mengkhawatirkan, cukai rokok yang terus naik, misi peluncuran manusia ke Mars, tim-tim basket kesayangan mereka sampai topik seksinya dokter baru team bola Barcelona!

"Gw seneng bangat Kak akhirnya lo balik juga ke sini!" Putra memulai pembicaraan setelah beberapa detik sunyi sehabis mereka tertawa panjang.

"Gw juga seneng, akhirnya bisa kumpul lagi sama bocil-bocil gw!" Dery dengan asal mengusak kasar rambut Rangga dan Arga yang sekarang duduk di sebelah kanan dan kirinya.

"Weiiiittsss! Udah bukan bocil ya! Kita udah pada siap mau bikin bocil nih Kak sekarang!" Jawab Rangga

"Enggak! Tetep bocil pokoknya buat gw!"

"Ngomong-ngomong, gimana sih Kak caranya bikin bocil macem Nico? Sumpah gemesin banget anak lo itu!"

Dery tertawa mendengar pertanyaan Putra.

"Asli Kak, pinter banget! Masa dia lebih jago nge-treat cewek cantik dibandingkan Om nya ini!" Rangga menunjuk Arga dengan bibirnya.

"Jangan sembarangan lo kalo ngomong!" Arga protes.

"Lah? Memang kenyataannya begitu! Nico aja tau kalau jalanannya gelap dan Gisel pakai high heels makanya dia menawarkan tangannya buat menggandeng Gisel! Lah lo? Cuek aja jalan!"

"Nico memang gw besarkan dengan konsep 'a true gentleman' jadi wajar kalau dia sangat memuliakan perempuan."

"Bagus juga konsep lo Kak!"

"Jelas dong! Hendery Winata!"

"Ajarin lah adek lo ini sedikit aja Kak caranya, masa minta maaf sama ngomong 'i love you' aja gak bisa!"

"Bacot ya lo Putra!" Arga yang merasa tersindir bereaksi.

"Eh tapi lo kapan baikan sama Giselnya Ga? Kok tadi udah main nyosor-nyosoran aja? Di taman lagi! Perasaan tadi sore lo chat gw masih belom baikan?"

Arga memandang Rangga dengan tatapan melotot! Si Mr sangat tidak peka itu sepertinya sudah tanpa sengaja membocorkan sesuatu yang Arga sembunyikan di depan Dery!

"Tunggu-tunggu! Baikan? Nyosor? Apaan nih?" Tanya Dery "Lo berantem sama Gisel? Terus nyosor apaan di taman?" Mata Dery menatap Arga dengan serius, sedangkan yang ditatap menunduk karena akhirnya dia tetap tidak bisa menutupi rahasia apapun dari kakaknya ini! Dan semua karena Rangga si mulut ember dan tidak peka!

Rangga sepertinya mulai bisa menangkap kemarahan di mata Arga kepadanya. Waduh! Agak panik juga sih, karena sepertinya sahabatnya itu sebenarnya belum menceritakan masalah besar yang sedang terjadi antara dirinya dan Gisel.

"Soal ribut biar Arga yang cerita sendiri deh Kak. Kalau ciuman, Tadi kak waktu di taman samping! Padahal ada Nico! Adek lo yang minim akhlak ini hampir kissing sama Gisel! Untung kita berdua keburu dateng, jadi mata dan mental Nico aman!" Rangga bercerita dengan semangat dan berapi-api! Arga sudah meliriknya dengan kesal! Awas ya lo Rangga sialan! Umpatnya dalam hati.

"Lo nih ya! Memang gak pro atau memang sengaja ngumbar-ngumbar kemesraan? Dari tadi ketangkep basah mulu! Udah dua kali ya berarti?" Dery mengomeli adiknya sambil geleng-geleng. "Hati-hati Arga! Inget ada Nico! Jangan macem-macem lagi! Lo kan tau, tuh bocah kelewat pinter."

FIRECRACKERS (II) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang