Sorry, I Love U.

669 21 4
                                    

Gisel memutuskan untuk menuruti saran dari Dinda. Dia menyanggupi untuk bertemu dengan Tian. Bukan main senangnya lelaki itu saat mendapatkan kabar dari Dinda. Ini bukan berarti Gisel melunak dan memaafkan Tian begitu saja. Tapi dia melakukan ini demi kenyamanan dan keberlangsungan hidupnya dan Arga. Mana bisa dia tenang kalau Tian terus-terusan menteror nya. Kasian juga Dinda yang terus-terusan di hubungi dan bolak balik ke pintu depan mengambil semua kiriman dari Tian yang tak habis-habis. Kalau dihitung, mungkin lebih dari delapan kali sudah kurir bolak balik mengantarkan segala jenis makanan dan benda-benda lainnya ke apartemen Dinda.

Gisel memutuskan untuk bertemu di dalam apartemen Dinda, tepatnya di ruang tamu. Sedangkan Dinda akan menunggu dan berjaga-jaga dari dalam kamar. Dia takut kalau Tian lepas kendali dan berbuat nekat pada Gisel. Bahkan wanita itu sudah bersiap-siap menelpon security apartmentnya kalau terjadi apa-apa. Setelah apa yang dilakukan Tian pada Gisel, mengintainya bagai pemburu membidik menjangan. Pandangan Dinda terhadap Tian berbuah drastis. Cristian Hanggono yang dulu terlihat seperti pangeran kini lebih terlihat seperti Rahwana dalam lakon Ramayana.

Gisel duduk dengan perasaan resah, takut dan juga kesal menunggu kedatangan Tian yang kini bergegas menuju ke apartemen Dinda. Pintu apartemen itu sengaja tidak ditutup rapat. Agar kalau ada apa-apa dua wanita ini bisa cepat meminta bantuan.

"Permisi" Suara Tian yang khas terdengar saat memasuki pintu. Lelaki itu langsung bisa melihat Gisel, wanita yang sudah dua hari ini dia cari kemana-mana. Wajahnya bengkak, matanya apalagi. Terlihat sekali kalau gadis itu sedang dalam keadaan yang kacau dan lelah.

Gisel pun melihat pemandangan yang kurang lebih sama. Tian yang biasanya begitu rapih dan selalu memperhatikan penampilan kini tampil dengan apa adanya dan wajah yang sangat kusut. Kalau Tian bilang  dia sudah dua hari tidak tidur, maka semua orang pasti akan mempercayainya dengan mudah.

Tian berdiri terpaku memandangi Gisel dengan tatapan haru. Rasanya kalau boleh dia ingin sekali memeluk Gisel. Meminta maaf atas semua air mata yang telah dia sebabkan. Sedangkan Gisel, dia seperti ingin membuang muka dari lelaki itu. Dia sangat kesal! Rasanya ingin sekali dia cakar atau di tinju-tinju wajah lelaki itu! Tega-teganya dia berbuat semua ini kepada dirinya dan Arga hingga sekarang hubungan mereka berada di ujung tanduk.

"Boleh saya duduk di sini?" Tanya Tian

"Silahkan" Jawab Gisel singkat dan dingin

"Makasih Sel udah mau luangin waktu buat ketemu sama saya"

"Waktu kamu sepuluh menit! Dimulai dari sekarang!"

Tian tersenyum, dia memang pantas mendapatkan perlakuan begini dari Gisel.

"Iya, saya akan coba manfaatkan waktu yang saya punya semaksimal mungkin"

“Kak Tian mau ngomong apa? Cepetan!”

“Sel, Saya tau pasti kamu marah dan kecewa sama saya. Tapi jujur saya gak merasa bersalah”

Mendengar itu Gisel benar-benar tercengang! Emosinya kembali naik!
“Jahat banget kamu kak, udah buat hubungan aku sama Arga jadi kacau, manfaatin aku yang tulus pengen berteman sama kamu dan bilang yang macem-macem ke Arga! Terus sekarang Kak Tian bilang gak ngerasa bersalah?"

"Saya merasa bersalah sama kamu karena sudah membuat kamu jadi sedih dan menangis seperti ini. Tapi saya gak merasa bersalah atas perasaan saya sama kamu Sel. Dan apa yang saya lakukan pada kamu belakangan ini, adalah usaha saya dalam memperjuangkan perasaan saya kepada kamu" Tian langsung to the point.

“Kak Tian ngomong apa sih?”

“Sebenarnya... Saya memang sayang sama kamu Sel, lebih dari temen. Udah lama banget saya suka sama kamu."

FIRECRACKERS (II) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang