Punishment

1K 22 8
                                    

Arga akhirnya menurut untuk dibawa ke rumah sakit. Setelah mendapatkan tiga jahitan di lengan kirinya yang robek, dokter menyatakan bahwa lelaki itu sudah tidak apa-apa dan boleh pulang ke rumah. Selain luka di lengannya tidak ada luka atau memar lain yang serius di tubuh lelaki itu. Dia masih segar bugar dan penuh kemarahan! Rasa tidak terima dengan semua aksi pembangkangan dari Gisel masih belum bisa dia hilangkan. Padahal dari tadi gadis itu dengan sabar menungguinya dan merawatnya selama di rumah sakit.

Karena lengan Arga yang masih cidera, Gisel memaksa untuk menyupiri lelaki itu walaupun dia awalnya menolak dengan keras. Baginya pantang seorang pria duduk di kursi penumpang sedangkan kursi pengemudi diisi oleh wanita. Lagipula tangannya sudah tidak apa-apa, tiga jahitan hanyalah luka kecil baginya.

Tapi akhirnya Arga menuruti saja permintaan dari tunangannya itu, sekalian dia ingin memberikan 'hukuman'.

Sesampainya di rumah Arga, Gisel membantu tunangannya itu turun lalu dia hendak pulang ke rumahnya. Tapi dengan berbagai akal-akalan Arga menahannya. Dendamnya pada Gisel harus terbalaskan malam ini! Tunangannya ini harus diberi pelajaran agar dia tahu dengan siapa dia berhadapan.

"Kamu beneran udah gapapa?"

"Gak!" Jawab Arga singkat sambil melangkah masuk ke rumahnya.

"Yaudah, aku pulang ya? Besok kita omongin semuanya baik-baik." Ucap Gisel.

"Pulang? Tega kamu ninggalin aku yang lagi begini?"

"Tadi katanya udah gapapa?"

"Bukan berarti kamu boleh pulang!"

Perasaan Gisel menjadi tidak enak! Dia melihat kemarahan di mata Arga yang masih belum reda.

"Yaudah jadi mau kamu gimana?"

"Tidur di sini! Dan pulang ke Jakarta bareng!"

"Aku gak ada baju tidur, kan udah aku bawa ke rumah semua."

"Pake baju aku! Gak usah banyak alesan, ayo masuk!" Tanpa basa basi Arga menarik Gisel masuk ke dalam, kilatan emosi masih terlihat menyala-nyala di matanya. Apa kata teman-temannya kalau seorang Arga tak bisa mendidik tunangannya dengan benar? Jika orang-orang asing di club tadi dapat tontonan tubuh indah Gisel dengan gratis, harusnya dia sebagai tunangannya dapet yang lebih dong?

"Arga, cengkraman kamu kuat banget! Lepasin! Sakit!" Gisel meronta tapi Arga tak bergeming, dia tetap menyeret wanita itu masuk ke kamarnya, membanting pintu dengan kuat dan menguncinya.

Dengan sekali hempasan, Arga berhasil membuat Gisel terduduk di atas tempat tidur.

"Awwwww!! Arga! Kasar banget sih!" Gisel memegang pergelangan tangannya yang kini memerah.

"Aku tunangan kamu kan?" Tanya Arga dengan rahang yang mengatup keras.

"Kamu nanya apa sih?"

"Jawab aja!"

"Sampe malem ini sih iya, gak tau kalau abis hari ini!"

"Maksudnya apa bilang kayak gitu?" Arga mendekat dan menatap wanita yang masih penuh rasa percaya diri itu dengan intens. Seketika, tatapan itu membuat bulu kuduk Gisel berdiri dan kilatan kesombongan di matanya memudar. Tolong! Gadis itu ketakutan!

"Gapapa, ya.. kita kan gak tau apa yang terjadi besok. Kamu pasti marah banget kan sama aku? Capek kan sama semua tingkah aku?"

"Oh jadi itu tujuan kamu? Kamu pengen aku batalin rencana pernikahan kita?"

"Kok aku? Yang pelukan sama mantan siapa? Kan kamu! Bisa dibilang kamu yang selingkuh! Berarti kamu dong penyebabnya! Padahal hubungan kita lagi baik-baik aja!"

FIRECRACKERS (II) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang