Pertemuan

510 17 6
                                    

Flashback 2 hari setelah pertunangan..

Setelah pergulatan batin yang cukup lama antara mengiyakan atau tidak ajakan bertemu dari Cecil, akhirnya Gisel memutuskan untuk menghadapi rasa takutnya itu. Mereka berjanji untuk bertemu di cafe dekat dengan  rumah Cecil, yang dulu pernah mereka datangi berdua.

Cecil datang duluan setelah itu 10 menit kemudian Gisel datang dengan perasaan yang campur aduk. Walaupun searang dia sudah resmi menjadi tunangan Arga tapi tetap saja dia merasa bahwa dia telah mencuri Arga dari gadis di depannya ini.

Mereka saling berpelukan saat Gisel datang, pelukan dari Cecil itu terasa begitu tulus dan hangat.

"Kamu apa kabar?" Gisel bersuara lebih dulu, karena sepertinya gadis yang tengah ia peluk ini sedang menangis. Mungkin karena terharu akhirnya mereka bisa bertemu lagi atau karena hal lain.

"Baik kak, aku baik. Bunda juga sekarang udah sehat. Kak Gisel gimana kabarnya?" Cecil bertanya sambil melepas pelukannya. Diam-diam dia coba sembunyikan air matanya itu.

"Baik Cil, kabar aku baik."

"Mamanya Kak Arga gimana? Apakah sudah lebih baik kondisi kesehatannya?" Dulu terkahir saat dia masih di sini, kondisi kesehatan beliau memang cukup drop karena stress dengan kondisi keluarganya.

"Mama juga sehat" Ada satu kecanggungan saat Gisel menyebut kata 'Mama' untuk memanggil calon mertuanya itu di depan Cecil.

"Syukurlah, aku senang sekali mendengarnya. Kak Arga juga terlihat sehat" Saat mendengar itu lagi-lagi perasaan Gisel menjadi tidak enak.

"Dari yang aku lihat dari media-media yang meliput pertunangan kalian maksudnya" Cecil tersenyum canggung.

"Oh iya, dia juga sehat" Ada diam sesaat di antara mereka. Suasananya sangat canggung. Rasa bersalah begitu menyelimuti Gisel saat melihat gadis lugu di depannya itu.

"Kak aku bawa ini dari Canada, sebagai kado pertunangan Kak Gisel" Cecil memberikan satu paper bag dari sebuah merek terkenal yang berwarna putih dengan tulisan hitam timbul di permukaannya.

"Maaf banget aku belinya cuma satu, aku gak tau kalau Kak Gisel akan tunangan" Gadis itu tersenyum dengan segan. Entah kenapa melihat senyuman itu rasanya hati Gisel sangat sakit. Dia menduga-duga bagaimana perasaan wanita ini sebenarnya? Dan apa yang dia tutupi di balik senyuman manisnya itu.

"Terimakasih ya" Mata Gisel mulai berkaca-kaca.

"Ini aku beli dari gaji pertama aku loh kak! Semoga Kak Gisel suka ya. Waktu itu aku inget Kak Arga pernah bilang kalau Kak Gisel suka sama parfume yang aromanya vanilla dan rose, jadi aku cari-cari dari review-review para kolektor parfum yang katanya enak wanginya" Wajah gadis itu masih tersenyum.

"Makasih ya, aku pasti suka banget" Gisel sudah semakin tak bisa menahan tangisannya. Mendapatkan kebaikan seperti ini membuat rasa bersalahnya semakin membuncah.

"Cil, kenapa kamu baik banget gini sama aku?" Tanya Gisel dengan suara bergetar dan wajah yang menunduk malu.

"Maksudnya? Ini mah bukan apa-apa kak, sama apa yang Kak Gisel dan Mamanya Kak Arga kasih ke aku"

"Maksud kamu luka yang kita kasih buat kamu?"

"Luka? Enggak Kak, Kak Gisel dan Mamanya Kak Arga baik banget sama aku dan keluarga aku. Aku bisa kuliah di luar negeri, hidup dengan layak dan bunda aku bisa sembuh itu semua berkat kebaikan kalian"

"Enggak Cil, aku udah jahat sama kamu. Aku seharusnya minta maaf sama kamu"

"Kak Gisel dari dulu kan udah minta maaf sama aku. Padahal aku gak tau salah Kak Gisel dimana?"

FIRECRACKERS (II) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang