Setelah di tunggu lama di meja makan oleh seluruh anggota keluarganya, akhirnya Arga muncul. Lelaki itu tampak sangat segar dengan rambut yang masih setengah basah dan pakaian warna krem yang tadi dipilihkan oleh Gisel. Dari tadi seluruh anggota keluarganya sudah berkumpul dimeja makan yang ditata sedemikian rupa di halaman belakang rumah keluarga Winata.
"Lama amat sih sayang?" Tanya Mama
"Iyaa ma tadi ada call bentar." Jawab Arga berbohong.
"Yang bener?" Tanya papa dengan senyum mencurigakan apalagi melihat rambut Arga yang masih basah.
Kak Dery, Kak Natalie dan Mama saling liat-liatan ke arah Papa yang duduk di kuprsi tuan rumah.
"Kok papa senyum nya kayak gitu?" Selidik Dery dengan penuh curiga.
Sang Papa hanya tersenyum geli, sedangkan Arga memandang Papanya dengan keheranan sama dengan semua orang yang ada di meja itu.
"Arga sini papa bilangin" Papa berbicara dengan nada yang serius. Seketika firasat Arga menjadi buruk. Semua orang di meja itu ikutan mendekat ke arah Papa dengan kompak.
"Kenapa Pa?"Jawab Arga pelan sambil duduk di sebelah Mama. Yang juga dekat dengan posisi Papa duduk. Jantungnya lumayan deg-degan menunggu kata-kata yang akan disampaikan oleh Papa nya. Dia bertanya-tanya apakah dia berbuat sesuatu kesalahan? Sepertinya tidak.
"Lain kali, kalau ada Gisel di kamar kamu, pintu nya ditutup rapet" Papa dengan enteng mengatakan hal itu.
Arga tentunya langsung mengerti arah omongan Papanya itu, wajahnya merah padam menahan malu. Dia terkejut dengan nasihat dari Papanya barusan. Apakah, tadi Papa melihat dirinya dan Gisel saat di kamar? Melihat saat mereka sedang... Argh! Arga sampai tersenyum kikuk.
"Emang tadi pintunya gak ketutup rapet?" Tanya Arga pada Papanya.
Sang Pap hanya manggut-manggut sambil tersenyum meledek.
"Jadi Papa liat aku sama Gisel?"
"Ada apa sih Pa? Kok bikin penasaran saja!" Mama mulai kehilangan kesabaran.
"Papa gak liat dengan jelas sih, tapi suaranya itu loh kemana-mana! Inget loh Arga, di rumah kita sekarang ada bocah kecil. Kamu jangan sembarangan!"
Wajah Arga sudah bukan merah lagi, tapi ungu! Bisa-bisanya di teledor hingga Papa mendengar suara-suara aneh dari kamarnya.
"Hah? Suara apa sih Pa?" Nathalie juga penasaran. Kalau Dery sih sepertinya langsung paham, terlihat dari senyuman tengil di wajahnya. Bahkan hampir tertawa kalau saja dia tidak sedang mengunyah kentang goreng.
"Papa liat langsung Pa? Waaah dapet jackpot!"
"Apa sih? Kok ini cowok-cowok aja yang paham?"
"Itu loh Ma, anak kamu ini bandelnya kelewatan! Bisa-bisanya dia begitu sama Gisel padahal di bawah keluarga besarnya lagi pada nunggu."
"Begitu?" Mama memandang Papa dan Arga secara bergantian.
"Papa cuma liat sekilas dari celah pintu yang terbuka, tapi suaranya jelas!"
"Ahhh papa liat aja! Diem-diem aja dong Pa! Malu nih"
"Jangan bilang kamu sama Gisel tadi di kamar... Begituan?" Nathalie mulai nyambung dan memasang wajah shock sekaligus geli.
"Ooh Mama ngerti sekarang! Bandel kamu ya! Udah dibilangin sabar! 3 minggu lagi loh nak, kenapa sih gak sabaran banget!" Refleks Mama memberikan cubitan pada lengan anak bungsunya itu hingga meringis kesakitan.
"Cuma cium Maa.. masa gak boleh?"
"Cuma cium? Tapi sampe bikin mandi dua kali yaa?" Goda papanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRECRACKERS (II)
RomanceSetelah 5 tahun mereka tidak pernah bertemu bahkan tidak pernah berinteraksi sama sekali, Arga dan Gisel malah harus bertemu kembali karena DIJODOHKAN! Padahal dulu mereka bertengkar hebat sampai Arga mengusir Gisel dari hidupnya! Bagaimana mereka...