The Gift

584 19 1
                                    

Suasana di belakang rumah Gisel, tempat tadi acara pertunangan berlangsung kini sudah sepi. Semua dekorasi masih lengkap hanya perlengkapan makan di meja saja yang sudah kosong. Langit mulai menampilkan warna jingganya, pertanda sebentar lagi gelap akan datang. Di tempat itu, kedua orang yang saat ini sedang menikmati makanan yang belum sempat mereka santap karena kesibukan menyambut tamu dan konversi perss dengan media. Perut Arga dan Gisel sudah sangat kelaparan karena terkhir mereka hanya sempat makan potongan kue dari acara pertunangan mereka. Belum ada makanan berat sama sekali yang masuk ke perut keduanya hari ini.

"Gw gemeteran kayaknya bukan karena gerogi deh, tapi kelaperan" Arga dengan lahap menyantap beberapa jenis makanan yang tersaji di meja.

"Bisa aja ngeles nya! Kalau gugup bilang aja!"

Si lelaki berlesung pipi itu tersenyum dengan mulut penuh.

"Capek banget ya ngeladenin tamu terus wawancara sama media sana sini. Ini baru tunangan, gimana nikahan nanti ya?" Keluh sang gadis yang sedari tadi juga lahap menikmati makanannya.

"Capek?"

Gisel menganggukan kepala "terutama kaki sama pipi nih, karena dipake senyum terus!"

"Nanti waktu nikahan gak usah pake sepatu hak tinggi kalo gitu. Toh gaunnya kan pasti panjang nutup sampe kaki, gak akan keliatan juga"

"Yaa gimana? Biar aku keliatan agak tinggi di sebelah kamu! Emang kamu mau disangka nikah sama anak PAUD?"

Arga hampir saja tersedak karena dia tiba-tiba tertawa mendengar pertanyaan dari tunangannya ini.

"Makanya jangan ngetawain aku! Keselek kan? Ini diminum dulu!" Gisel menyodorkan air putih sambil menggosok-gosok punggung lelaki itu.

"Abisnya lo kalo ngomong kadang suka bener sih"

"Hah? Maksudnya bener gitu aku kayak anak PAUD?"

"Persis! Mana sama-sama cengeng!"

"Hih! Gak bisa apa baik sedikit sama tunangannya?"

"Cieeee... mentang-mentang udah resmi tunangan! Tapi jangan harap gw akan berenti gangguin lo ya! Walaupun kita udah nikah nanti, gw bakal terus gangguin lo! malah lebih enak gangguinnya soalnya satu rumah" Arga menyeringai dengan hati yang gembira tapi tatapannya seram kalau menurut Gisel.

"HIH NYEBELIN!"

"Sel, Kak Nath udah hubungin lo belum?" Nathalie dan Nico tak bisa ikut hadir ke acara keluarga Winata karena status mereka masih disembunyikan dari khalayak tapi perlahan setelah pertunangan ini, Dery akan mulai memperkenalkan keluarga kecilnya ke semua orang. Tidak ada lagi bersembunyi di negara orang, mereka akan segera kembali ke mansion keluarga Winata.

"Oh, udah tadi. Dia kirimin aku kado bagus banget! Gelang gitu, terus katanya itu tanda sebagai sisterhood nya kita. Aku seneng banget deh, akhirnya aku punya kakak! Langsung dua orang lagi!"

"Loh bukannya tiga?"

"Hah? Siapa lagi?"

"Ini, Mas Arga?" Arga menunjuk dirinya sendiri dengan wajah datar.

Kali ini gantian Gisel yang keselek, Arga bukannya membantu malah tertawa dengan sangat kencang.

"Kenapa sih dibahas terus soal itu??? Aku kan tadi cuma nurutin kata-kata dari WO nya! Bukan aku ya yang inisiatif buat manggil kamu Mas!"

"Lo liat gak mukanya anak-anak tadi pada merah nahan ketawa pas lo manggil gw pake Mas?"

"Liat! Orang dari tadi itu bocah-bocah ngeledekin aku terus! Udah ah jangan dibahas!" Wajah  Gisel merah padam, malu sekali rasanya ya Tuhan!

FIRECRACKERS (II) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang