My Turn

717 23 6
                                    

"Jadi sebenarnya, perpisahan kamu dengan Cecil itu memang rencana aku." Gisel mengucapkannya dengan segenap rasa takut.

Satu kalimat itu saja sudah cukup menghancurkan perasaan Arga hingga ke titik terbawah! Dia patah hati saat ditinggal pergi oleh Cecil, tapi saat mengetahui bahwa dalang dari semua patah hatinya itu adalah Gisel, hati menjadi jauh lebih sakit. Walaupun hubungan mereka bagaikan Tom n Jerry tapi Gisel adalah orang yang sangat Arga percaya. Gisel yang dia kenal punya harga diri dan value yang tinggi bukan manusia rendahan yang bisa menghalalkan segala cara.

"Kenapa Sel?" Arga bertanya dengan lemah. Pengakuan Gisel barusan meruntuhkan semua harapan yang ada di hatinya.

Keadaan Gisel tak kalah kacau! Dadanya menjadi semakin ngilu saat melihat raut kecewa di wajah Arga. "Karena.. aku pernah berjanji untuk melindungi kamu, Arga."

"Ngelindungin? Ngelindungin dari apa?"

"Dari diri kamu sendiri. Aku gak bisa membiarkan kamu semakin merusak diri kamu dan masa depan kamu sendiri!" Arga masih tak mengerti maksud dari gadis ini.

"Mungkin kamu gak tau, tapi waktu malam-malam yang kamu keracunan alkohol di taman kunang-kunang itu, kamu menangis sambil bercerita kalau kamu begitu sedih dengan keadaan kamu saat itu. Kamu gak bisa milih antara mama kamu atau Cecil. Kamu juga bilang kamu gak bisa ninggalin Cecil karena kamu udah janji bakal ngelindungin dia. Aku benar-benar gak tega liatnya. Seumur-umur kenal kamu, kamu gak pernah nangis. Tapi malam itu kamu peluk aku erat banget sambil menangis menyebut nama Cecil. Di situ aku sadar kalau kamu begitu mencintai dia. Disitu aku sadar kalau perasaan aku ke kamu gak mungkin berbalas." Pandangan Gisel sudah kabur karena tertutup oleh genangan air mata di kelopak matanya. Dia tidak bisa melihat lagi bagaimana ekspresi wajah Arga sekarang. Mungkin ini merupakan hal yang bagus! Karena raut wajah penuh kekecewaan dari pria itu, hanya membuat Gisel semakin sakit.

"Kalau tau gak mungkin berbalas terus kenapa kamu tetap pisahin gw dari Cecil?"

"Karena di malam itu aku berjanji bakal ngelindungin kamu! Aku persilahkan kamu untuk terus melindungi Cecil, biar aku yang ngelindungin kamu! Apapun resikonya, termasuk resiko kehilangan kamu!"

Mendengar itu, Arga jadi memandang gadis di sebelahnya ini lekat-lekat. Entah itu tatapan penuh amarah atau malah sebaliknya.

"Aku gak tega liat kamu yang sendirian dan kebingungan menghadapi dilema sebesar itu! Aku gak rela liat kamu yang semakin membawa diri kamu dalam keterpurukan! Aku juga gak tega liat kamu kerja serabutan, kamu sampe nekat mau berhenti kuliah, jauh dari keluarga! Aku gak mau liat kamu hampir mati keracunan alkohol lagi dan juga.." Gisel terisak sesaat sambil mencoba menyapu air  matanya sendiri. "Aku... aku gak mau mimpi-mimpi kamu hancur!"

Di titik ini Arga menyadari seberapa besar cinta gadis ini kepadanya saat itu. Tapi cara yang dia lakukan untuk menunjukan rasa cintanya memang sedikit ekstream.

"Arga..." Panggil Gisel dengan lemah. "Aku memang patah hati waktu melihat bagaimana berbinarnya mata kamu saat kamu memandang Cecil. Aku juga sakit waktu kamu berhenti gangguin aku dan memusatkan semua perhatian kamu ke Cecil, tanpa menyisakan buat aku sedikitpun." Air matanya kembali deras merayap di pipinya. "Tapi, ternyata melihat kamu yang perlahan  menghancurkan hidup kamu sendiri saat itu, rasanya jauh lebih sakit!"

Arga ingin sekali meraih Gisel dalam pelukannya saat ini, dia tidak tega melihat calon tunangannya itu menangis dengan sangat sesak seperti sekarang. Tapi entah mengapa ada sesuatu yang menahan Arga untuk menglurukan kedua tangannya.

"Aku tahu kamu adalah manusia yang sangat keras kepala, kamu gak mungkin melanggar janji yang sudah kamu buat ke Cecil. Makanya aku buat rencana agar Cecil yang ninggalin kamu."

FIRECRACKERS (II) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang