The Vow

1.4K 36 7
                                    

Arga berdiri gemetar di depan altar suci berhiaskan bunga dan ornamen serba putih. Dia menunggu sang mempelai wanita memasuki area pembacaan ikrar suci antara keduanya. Lelaki itu terlihat gagah dengan tuxedo hitam yang sangat pas di tubuhnya. Rambutnya disisir ke atas memperlihatkan keningnya yang sempit dan beberapa kali berkerut karena gugup. Semua mata memandang ke arahnya dengan tatapan berbinar. Yang datang ke acara akad ini hanya saudara, sahabat dan orang-orang terdekat saja. Mereka duduk dengan perasaan yang sama. Senang, hari dan juga takjub dengan dekorasi yang begitu elegan, cantik tapi tetap simple.

Tak lama para hadirin di tempat itu berdiri ketika sang pembawa acara mengatakan bahwa mempelai wanita akan segera memasuki ruangan. Wajah Arga terlihat semakin tegang, berdiri sendiri di sana, menunggu dengan perasaan resah. Jantungnya berdegup semakin kencang seiring detak jam yang terus manju memperpendek jarak antara dirinya dan Gisel, cinta pertamanya, yang kini akan segera menjadi miliknya.

Tapi perasaan gugup macam apakah ini? Rasanya tubuhnya tak terkoordinasi dengan baik. Jantungnya yang begitu kencang memompa darah ke seluruh tubuhnya seperti ikut memompa kantong air mata di dalam sana. Dia ingin menangis, tiba-tiba matanya memerah tapi dia coba tahan sekuat tenaga. Dia tak ingin menangis di sini, di hadapan banyak orang! Apalagi ada dua sahabatnya yang sedari tadi sibuk merekam ekspresi wajahnya, menunggu-nunggu momen dirinya akan meneteskan air mata. Tidak! Please kali ini saja tolong lah wahai perasaan, mengalah lah sekali saja dengan logika! Biarkan logika yang menang dan tahan itu air mata tetap di tempatnya! Jangan keluar ke mana-mana!

Semua pertahanan Arga akhirnya runtuh, saat dilihatnya Gisel berjalan lurus ke arahnya dengan didampingi oleh sang Papi. Ditambah lagi alunan musik Happily Ever After yang sudah diaransemen menjadi wedding song mulai terdengar saat Gisel mulai memasuki ruangan. Tanpa bisa ditahan dan dikomando, air matanya jatuh begitu saja di pipinya. Dia sampai sempat mengigit bibirnya menahan sekuat mungkin agar air mata itu berhenti. Tapi gagal! Butiran-butiran bening itu terus keluar hingga dia tergugu dan sempat membalikan tubuhnya ke belakang sebentar untuk menghapus air matanya.
Gadis yang dia cinta dari masih sangat muda, dia jaga, yang dia kagumi setiap ekspresi wajahnya dari jauh dan selalu dia ganggu itu, kini dengan gaun putih yang begitu cantik sedang tersenyum kepadanya. Mata Gisel juga berkaca-kaca, tapi sesuai instruksi dari tim WO dia harus terus tersenyum sepanjang jalan menuju ke altar.

FIRECRACKERS (II) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang