Mengejar Hati Camer!

617 15 1
                                    

Arga sedang memimpin sebuah meeting penting bersama timnya saat tiba-tiba ada suara dering ponsel terdengar sangat keras. Semua orang yang ada di ruangan meeting itu langsung terdiam tak berani menatap Arga. Mereka hanya saling menatap satu sama lain, bertanya-tanya siapa yang berani menyalakan nada dering ponsel di tengah meeting bersama Tuan Arga Winata, si CEO muda super galak yang sangat sensitif kalau ada yang mengganggu meeting mereka. Bahkan suara notifikasi pesan saja tak ada yang berani membunyikannya! Ini suara dering panggilan dengan volume maksimal? Oh mati lah dia! Siapapun itu bersiaplah mendapatkan tatapan tajam dari Arga kemudian diperintahkan untuk langsung keluar ruangan dan kemungkinan besar dikeluarkan dari team! Arga tidak peduli mau itu karyawan senior atau junior, sudah pernah ada buktinya kalau ketegasan CEO muda itu tidak pandang bulu.

Tak hanya semua karyawan di dalam ruangan meeting itu yang panik tapi Arga juga ikutan panik! Karena dia hafal betul nada dering Original Disney berjudul "Happily Ever After" yang biasanya diputarkan di Disney land saat pesta kembang api itu adalah MILIKNYA! Sebisa mungkin Arga memasang wajah datar seolah itu bukanlah suara dari ponselnya. Untungnya ponsel pribadinya itu sedang berada di tangan asistennya, Bobby! Sehingga muncul ide di kepalanya untuk menjadikan Bobby sebagai kambing hitam. Arga melirik ke arah Bobby seolah memberikan isyarat dan seperti sudah ada chemistry, sang asisten langsung mengerti maksud dari bos nya itu.

"Keluar sana, angkat telponnya!" Ucap Arga dengan dingin dan jantung yang masih berdebar.

"Maaf Tuan, baik saya permisi keluar sebentar"

Arga hanya mengangguk dengan penuh rasa was was, antara malu kalau sampai ketahuan dia melanggar peraturan yang dia buat sendiri dan juga mau ditaro di mana mukanya yang galak itu kalau orang-orang kantor tahu nada dering Disney itu adalah miliknya!

Arga bukannya lupa memasang mode senyap pada ponsel pribadinya itu. Tapi, nada dering itu memang sengaja dia atur khusus untuk panggilan telpon dari Gisel! Dasar Arga bucin! Lagu "Happily Ever After" dipilih oleh lelaki itu karena lagu itu adalah lagu yang mereka dengarkan dulu saat berada di Disney Land Paris. Arga memasang lagu itu sudah sejak dulu, tak pernah dia ganti sama sekali! Kenapa dia berani memasang nada dering khusus untuk nomor Gisel? Karena gadis itu jarang sekali menelponnya! Kalau bukan hal yang genting, dia tidak akan menelpon. Dia lebih suka berkirim pesan. Justru Arga yang lebih sering menelpon Gisel duluan. Kebalikan dari gadis itu, bagi Arga bertukar pesan adalah buang-buang waktu dan tidak efisien.

Selang beberapa menit sang asisten yang tadi rela menjadi kambing hitam demi harga diri tuan mudanya, kini masuk dengan wajah yang memerah menahan malu. Bagaimana tidak malu? Pak Bobby adalah sosok laki-laki dewasa berumur 40 tahun yang berpenampilan gagah dan lakik! Tapi nada deringnya pakai lagu Disney? Haduuuh hilang sudah wibawa yang dia jaga selama ini. Bobby yakin semua orang di ruangan itu sekarang sedang mahan tawa di dalam hati mereka atau mungkin malau berpikir yang macem-macem kepadanya.

Bobby membisikan sesuatu kepada Arga yang langsung membuat wajah laki-laki itu resah. Sangking rasahnya dia sampai menyelesaikan meeting yang sebenarnya baru separuh jalan.
Setelah semua orang keluar dari ruangan meeting, Arga segera meminta ponselnya pada Bobby dan mencari ke catatan panggilan masuk. Setelah menekan tombol hijau, nada sambung terdengar beraturan tidak seperti detak jantungnya sekarang. Dengan resah dia menggulung lengan kemejanya. Wajahnya terlihat sangat khawatir, karena Gisel tidak biasanya menelpon dan tadi Gisel juga bilang ke Bobby kalau ada sesuatu yang urgent!

Arga : Halo Sel?

Gisel : Arga! Kamu lagi meeting yaa?

Arga : enggak, udah selesai. Ada apa Sel? Tumben lo nelpon gw

Gisel : sorry banget Ga, tapi ini urgent!

Arga : Iya, kenapa? Lo gakpapa kan? Baik-baik aja kan?

Gisel : Iya aku baik-baik aja, tapi aku terancam diambekin nih sama Mami

FIRECRACKERS (II) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang