"Kamu jadi dateng nemenin aku fitting baju kan?"
Pertanyaan Gisel pagi itu melalui pesan singkat, membuat Arga kebingungan menjawabnya. Di satu sisi dia ada meeting penting tepat pukul 1 siang yang tak bisa dia tinggalkan karena dia harus melakukan sesi persentasi di depan semua dewan direksi Wiratama Group yang juga dihadiri oleh calon mertuanya, Tuan Jimmy Wiratama. Sebagai anak baru di perusahaan itu, apalagi dirinya merupakan calon menantu pemilik perusahaan, Arga hanya ingin tampil all out di presentasinya kali ini. Dia ingin membuktikan bahwa secara kualitas dirinya pantas untuk diberikan kepercayaan sebagai pemimpin di Winata dan Wiratama merger project. Dia tidak ingin mengecewakan Papi dan juga Gisel.
Tapi di sisi lain, Arga tahu betapa pentingnya fitting baju pengantin bagi Gisel. Menikah adalah momen sekali seumur hidup, gadis itu sudah dari jauh-jauh hari mempersiapkan gaun pernikahan yang ingin dia pakai di hari paling penting dalam hidupnya itu. Beberapa kali dengan antusias gadis itu bercerita tentang bagaimana dia akhirnya berhasil mendapatkan jadwal dari designer gaun pengantin lokal favoritnya. Padahal waktunya mepet, biasanya designer itu hanya mau terima kalau acaranya masih 6 bulan lagi atau malah kadang satu tahun sebelumnya. Karena jadwalnya begitu padat dan pengerjaan gaun pengantin itu sangatlah khusus, setiap detail di gaunnya adalah handmade. Jadi tak heran kalau hasil yang dipersembahkan bukanlah sekedar gaun tetapi karya seni yang indah.
Arga juga paham kalau Gisel ingin, dirinya menjadi orang pertama yang melihat dia saat mencoba gaun pengantinnya untuk pertama kali. Karena menurut Gisel, hari itu dia ingin tampil cantik di mata Arga. Bukan di mata ratusan tamu yang datang atau mata para netizen yang nantinya akan menjudge penampilannya lewat layar ponsel mereka. Cuma Arga, dia hanya ingin jadi yang paling cantik di mata Arga. Gisel sudah menjelaskan itu semua pada Arga dan lelaki itu mengerti.
Tapi kali ini situasi yang dihadapainya begitu sulit. Kalau dia datang jam 12 ke tempat fitting gaun pengantin, maka dia bisa saja terlambat untuk datang ke presentasinya dan itu akan sangat buruk untuk sebuah first impressions sebagai calon pemimpin perusahaan di depan para direksi.
Pada akhirnya lelaki itu memutuskan untuk tetap datang memenuhi janjinya pada Gisel. Dia tidak mau wanita itu kecewa dan hubungan mereka semakin buruk.
Ketika melihat kedatangan Arga di butik, wajah Gisel sangat sumringah. Dengan langkah seperti anak kecil dia langsung menghampiri Arga dan merangkul lengan lelaki itu.
"Makasih yaa udah dateng"
"Kan aku udah bilang buat dateng"
"Ayo, aku langsung cobain gaunnya ya? Biar kamu bisa cepet balik ke kantor"
Arga mengangguk sambil tersenyum
"Selamat siang tante Anne!"
"Hai calon pengantin! Waaah kali ini bawa calon pengantin pria nya ya? Luar biasa lebih ganteng daripada yang di foto-foto ya calonnya! Gagah sekali!"
Arga menyalami sang designer yang sudah berusia sekitar 40tahunan itu dengan senyuman.
"Perkenalkan tante, saya Arga calon suaminya Gisel"
"Iyaa, tante udah tahu. Gisel selau ceritain tentang kamu kalau ke sini. Tante sudah tahu apa yang kamu suka dan apa yang tidak. Jadi semoga kamu akan suka ya dengan gaun yang tante rancang buat Gisel."
"Pasti suka tante, terimakasih banyak atas kerja kerasnya ya Tante"
"Sama-sama, gak terlalu sulit kok permintaan Gisel. Cuma detail aja"
Arga dan Gisel tertawa mendengar itu, dengan kata lain sebenarnya tante mau bilang kalau Gisel bawel dan banyak minta prntilan ini itu. Tapi hal seperti itu biasa bagi calon pengantin wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRECRACKERS (II)
RomanceSetelah 5 tahun mereka tidak pernah bertemu bahkan tidak pernah berinteraksi sama sekali, Arga dan Gisel malah harus bertemu kembali karena DIJODOHKAN! Padahal dulu mereka bertengkar hebat sampai Arga mengusir Gisel dari hidupnya! Bagaimana mereka...