Jajar Genjang!

1.6K 35 0
                                        

Langkah kaki Gisel yang berbalut sepatu heels warna putih gading terlihat begitu tergesa menyusuri sebuah lorong apartemen elit yang letaknya tak jauh dari kantor Arga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah kaki Gisel yang berbalut sepatu heels warna putih gading terlihat begitu tergesa menyusuri sebuah lorong apartemen elit yang letaknya tak jauh dari kantor Arga. Jantungnya berdegup kencang, di pikirannya bertebaran pikiran-pikiran negatif tentang kondisi Arga yang habis beradu jotos dengan Don. Saat di telepon tadi, Arga bersikeras tak mau Gisel datang menemuinya dengan alasan dia sudah tidak kenapa-napa dan ingin istirahat. Tapi Gisel bersikeras ingin bertemu Arga dan melihat kondisinya. Gadis itu tetap nekat mendatangi Arga ke apartemennya dengan membawa beberapa obat yang dia beli di apotek.

Terdengar suara bel berbunyi, Gisel berdiri dengan resah di depan sebuah pintu penthouse yang berada di lantai teratas gedung tersebut. Beberapa kali gadis itu pencet bel nya tetapi lelaki itu tak juga keluar. Sampai akhirnya Gisel menenlepon sang pemilik penthouse. Tidak butuh waktu lama, panggilan itu langsung diangkat oleh Arga yang sebenarnya sedang berdiri resah di sisi pintu bagian dalam.

Gisel : Arga.. Aku udah di depan, bukain dong pintunya!

Arga : Siapa yang suruh lo dateng? Gw bilang kan gw gak mau ketemu dulu!

Gisel : Kenapa? Emang aku ada salah apa sama kamu?

Arga : Lo gak ada salah apa-apa, tapi gw malu ketemu lo sekarang!

Gisel : Malu? Malu kenapa?

Terdengar kekehan dari Gisel, dia tidak menyangka kalau seorang Arga bisa malu-malu juga.

Arga : Pokoknya malu deh! Jadi gw minta tolong, lo pulang aja ya sekarang? Dua hari lagi kita ketemu, gw yang ke rumah lo.

Gisel : Gak mau! Tega banget sih, aku udah jauh-jauh dateng ke sini terus beliin kamu obat sama es krim Vanilla, masa gak boleh masuk?

Tidak terdengar jawaban apapun dari Arga, lelaki itu terlihat sangat bimbang di dalam sana.

Gisel : Gaaa..

Gisel : Mas Argaaa...

Suara Gisel mulai berubah jadi manja.

Gisel : Kamu tega jam segini aku keluar cari taxi?

Arga : Kok taxi? Gak dianter supir?

Gisel : Enggak.. Tadi ke sini dianter sama Rangga. Masa aku mau telepon Rangga lagi?

Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Arga. Sepertinya Gisel berhasil membuat Arga berada dalam situasi yang sulit.

Gisel : Kamu beneran tega nih sama aku? Jadi, aku pulang aja nih naik taxi?

Gisel : Tapi nanti aku nangis di taxi, malu sama bapak supirnya loh Ga..

Gisel : Mas Argaaa...

Masih tak terdengar jawaban dari dalam sana, dan hal itu cukup membuat rasa percaya diri Gisel menipis.

Gisel : Yaudah deh kalo kamu tega, aku pulang naik taxi aja!

Tak lama terdengar suara pintu terbuka. Gadis itu tersenyum dan langsung buru-buru masuk ke dalam penthouse itu. Sedingin-dinginnya Arga, dia paling anti membiarkan perempuan pulang sendiri malam-malam begini. Biarkanlah dia menanggung malu sambil berdiri di balik pintu, dengan sebisa mungkin berusaha menutupi wajahnya menggunakan kedua tangannya yg terlihat ada beberapa luka lecet.

FIRECRACKERS (II) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang