Broken Commitment

514 22 11
                                    


Notes : Gaes, biar mood sedihnya lebih dapet boleh sambil dengerin playlist ini ya! Enjoy the ride!

https://open.spotify.com/playlist/0eS9gQnsiKRU41aRVb3q5O?si=FlKRSi9DQ0K80JhtoX4bJA

-------------------------------------------------------------

Gisel terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang sangat ringan. Dia senang karena semalaman Aga memeluknya dengan erat sehingga tidurnya sangat nyenyak. Dia tidak pernah tahu kalau dia sangat memerlukan pelukan sehangat itu saat tidur. Bibirnya tak henti tersenyum, bahkan sekarang saat sedang menyiapkan sarapan pun dirinya masih tersenyum dengan sendirinya.

Tanpa gadis itu sadari dari 30 detik yang lalu Arga sudah berdiri di depan pintu kamarnya sambil memandangi Gisel yang sedang serius menyiapkan makanan di dapur. Berbeda dengan Gisel, wajah lelaki itu terlihat muram. Pandangannya pada Gisel terkesan kosong, lebih mirip seperti melamun. Tidak ada senyum, bahkan rasanya untuk bernafas saja dia berat. Apalagi melihat Gisel di dapur penthousenya. Harusnya pemandangan itu menjadi sesuatu yang indah dan damai untuk dirinya. Karena apa yang dia lihat pagi ini di dapur benar-benar seperti khayalannya, melihat istrinya yang cantik pagi-pagi sudah menyiapkan sarapan untuknya dengan dirinya yang sudah siap untuk berangkat ke kantor. Ah indahnya. Tapi sepertinya semua khayalannya itu hanya akan tetap menjadi khayalan.

"Mandinya udah?" Tanya Gisel yang merasa dari tadi di perhatikan oleh Arga. Lelaki itupun terlonjak dari lamunannya. Tanpa menjawab Arga hanya mengangguk. Dari ekspresinya itu Gisel bisa menangkap bahwa sepertinya calon suaminya itu sedang memikirkan sesuatu yang berat.

"Kamu masih capek ya?"

Arga hanya menggeleng dengan senyuman yang dia paksakan.

"Coba sini dulu" Pinta Gisel dengan manja. Arga menurut bagai robot yang tak bernyawa dan berjalan gontai ke arah meja makan tempat Gisel sekarang berada. Dia duduk di kursi yang sudah Gisel sediakan, kemudian Gisel berdiri di depannya.

"Udah mandi yang bersih belum?" Tanyanya dengan senyuman riang, sambil mengendus-endus rambut Arga.

"Udah"

"sikat gigi?"

"udah" jawab Arga datar.

"Taro handuk dimana?" tanya Gisel lagi

"Udah aku gantung"

"Pinter!" Gisel mendekat dan membelai kepala Arga.

"Karena udah pinter, aku kasih hadiah peluk 30 detik" Gisel merentangkan tangannya, mengundang Arga untuk masuk ke dalam pelukannya.

Arga bukannya senang seperti biasanya, malah matanya terlihat berkaca-kaca. Kemudian dengan cepat ia memeluk pinggang ramping wanita didepannya itu dan menyandarkan kepalanya di perut Gisel. Dia sedang mempersiapkan dirinya untuk mengeluarkan bom yang sebentar lagi akan meledak dan mungkin saja menghancurkan semuanya, termasuk dirinya sendiri. Lama kelamaan wanita itu merasa pelukan Arga makin erat dan sedikit bergetar seperti menahan sesuatu.

"Argaa... aku gak tau kamu kenapa. Tapi aku tau pasti kamu lagi ada masalah yaa? Kalau boleh, aku pengen banget tau dan bantuin kamu. Tapi kalau kamu gak mau cerita gapapa. Aku bakal peluk kamu terus kayak gini biar kamu ngerasa lebih baik." Kata-katanya yang terdengar penuh perhatian dan polos semakin membuat jantung Arga ngilu.

"Sel, kenapa kamu lakuin ini ke aku?"

"Kan karena kamu udah jadi anak pinter, mandinya udah bersih dan naro handuk basah pada tempatnya!"

"Bukan, bukan itu maksudnya"

"Hmm? Terus apa?" Tanya Gisel bingung sambil terus membelai rambut Arga yang beraroma mentol segar.

FIRECRACKERS (II) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang