09. Bucin Tolol

819 82 1
                                    

Dika menutup laptopnya sambil menghela nafas lelah. Ia benar-benar lelah hari ini. Meeting seharian sama timnya dan tengah malam gini masih ngurusin perintilan kecilnya si Mia. Mia mau merubah semua konsep acara yang udah Dika dan timnya susun. Katanya kurang srek soal ide acaranya. Dia pengen ebih dapat spotlight dibanding partnernya nanti diacara ini. Setelah melewati perdebatan yang alot, Mia akhirnya ngalah tetap pakai konsep yang lama.

Dalam hatinya, Dika mulai merasa apa yang dibilang Hao tadi benar. Tapi rasa sukanya ke Mia emang sebesar itu. Dan dia rela melakukan apapun asalkan Mia bisa enjoy dengan kerjaannya. Mungkin Dika memang bulol alias Bucin tolol.

Dika keluar dari kantor menuju parkiran, namun langkahnya terhenti saat melihat Tifa berdiri sendirian kayak lagi nungguin seseorang. Padahal anak-anak yang lain udah pamit pulang sekitar setengah jam yang lalu, termasuk dia.

"Ngapain lo?" tanya Dika menghampiri Tifa

Yang ditanyain langsung noleh, kaget dia ngeliat Dika.

"Udah kelar mas?" tanyanya sedikit khawatir

Dika ngangguk aja, "mau balik gue. Udah setengah 3 anjir! Lo kok belum balik?" dia bingung ngeliat Tifa masih nangkring di depan kantor jam segini.

"Ini mau balik kok, nungguin mas Dika tadi. Syukur deh kerjaannya udah kelar. Aku balik ya mas, hati-hati di jalan Mas Dika" pamit Tifa ke Dika.

Dika cuma bisa bengong melihat gadis itu berjalan menjauhinya, mainan kunci bergambar ikan dan menara petronas di ransel Tifa mencuri perhatian Dika. Itu oleh-oleh yang dibawain Dika untuk Tifa waktu itu. Jadi Tifa daritadi nggak balik-balik cuma buat nungguin Dika?

"Oi! Tip!" panggil Dika yang menghentikan langkah perempuan itu.

Tifa langsung berhenti dan memutar arahnya, "ya mas?" tanyanya bingung

"Lo balik sama siapa?" 

"Ojol kayanya, baru mau order sih" jawabnya santai

Dika langsung melotot ke Tifa, "GILA LO?! Ini tengah malam, anjir! Lo mau pulang naik Ojol?! Kalo terjadi apa-apa gimana?!" Dika nggak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya

Si Tifa tersenyum, "kalo udah takdirnya mau gimana, mas? Jalanin aja"

Dika menatap Tifa nggak percaya, ada nggak warasnya ni orang.

"Inget keluarga lo di rumah! Jangan asal nyebut gitu! Udah, lo pulang sama gue" kata Dika langsung nggak pake mikir lagi.

Tifa diam mematung, dia nggak salah dengar kan? Dika ngajakin pulang bareng?

"Tapi kan kosan mas Dika nggak se arah sama kosan aku?" dianya nggak enak ngerepotin Dika.

"Apaan sih Tip, nggak masalah. Udah, ayok pulang! Ntar makin malem" ajak Dika, dia jalan duluan ke parkiran. Tifa masih ngefreeze beberapa saat baru ngikutin Dika jalan ke parkiran.

"Nih" Dika ngasih helm yang baru dikeluarkannya dari jok motornya

Tifa meraih helm tersebut dan langsung mengenakannya. Dia nggak bisa berhenti senyum-senyum sendiri saat naik ke motor Dika.

"Jangan peluk-peluk gue lo!" Dika memperingatkan Tifa

"Iya" jawab Tifa sebel, niatnya ketahuan deh. 

Jalanan disekitar Mampang Prapatan tersebut mulai lengang walaupun masih banyak kendaraan yang berlalu lalang di jam yang menunjukan hampir pukul 03.00 pagi ini. Namanya juga Jakarta, kota yang nggak pernah tidur. Kosan Tifa sebenarnya nggak begitu jauh dari kantor, tapi tetap aja bakalan jauh sama Dika karena untuk balik ke Akinda, Dika harus muter balik ngelewatin kantor lagi.

Kos AkindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang