22. Panitia Qurban

931 88 10
                                        

Suasana di Akinda akhirnya kembali kondusif. Wisnu dan Ochi mulai terlihat tabah menghadapi kisah percintaan mereka yang semerawut itu. Setelah memutuskan hubungannya dengan Fina, Wisnu berusaha melanjutkan kehidupannya dengan menyibukkan diri di kantor dan mengikuti beberapa workshop untuk menambah keterampilannya. Wisnu juga sempat mengambil cuti untuk menenangkan diri ke Phuket, Thailand. Meskipun perginya bersama teman-teman kantor, Wisnu merasa sedikit lebih tenang daripada hari-hari suram kemarin.

sementara Ochi mulai menerima takdir hidupnya,  mungkin Aura bukanlah akhir dari petualangan cintanya. Walaupun tiap malam masih nangis dikit tapi Ochi udah pasrah, kalo jodoh nggak bakal kemana. Dia nggak mungkin nekat bawa Aura kabur, karena itu akan memperburuk semuanya. Ochi tahu diri banget kok orangnya. Kadang.

Sekarang masalah barunya adalah Syahrez tiba-tiba jadi panitia Qurban untuk di lingkungan Akinda. Ia dijebak Willy karena sebenarnya tugas menjadi ketua panitia Qurban ini dimandatkan kepada sultan Akinda tersebut. Willy dimandatkan tugas tersebut karena ia menjadi donatur tunggal untuk perbaikan jalan di sekitar Akinda. Namun tentu saja Willy menolaknya mentah-mentah. Baginya tugas itu lebih pantas diberikan pada Syahrez. 

Sialnya Syahrez juga nggak punya pengalaman jadi ketua panitia Qurban. Jadi pusing kan beliou. Belakangan ini dia juga sering diundang rapat sama pak RW di rumahnya bersama warga-warga sekitar untuk menyusun panitia qurban tahun ini. Ternyata banyak juga hewan qurban di lingkungan Akinda, untuk tahun ini saja ada 14 Sapi, 8 Kambing dan 1 kerbau! Pemuda-pemuda di lingkungan Akinda mah banyak tapi yang mau jadi panitia qurban tahun ini masih kurang. Banyak yang nggak mau ikutan dengan berbagai alasan pastinya.

"belom kelar juga pak ketum?" ledek Johan ke Syahrez yang terlihat sedang berpikir keras. Seperti biasa, lagi pada ngumpul di ruang TV.

"masih kurang 12 lagi" jawabnya gusar

"apaan bang? Sapinya?" celetuk Juna

"ORANGNYA!"

Padahal Juna kan nanya baik-baik yah, udah digas aja sama si babeh

"ohh"

"kan gue nggak tahu"

Syahrez menghembuskan napasnya kasar. Sebel banget dia sama Willy yang sudah menjebaknya dengan amanah ini. Nambah-nambahin kerjaan si Babeh aja deh.

"lo jadi qurban disini Nu?" tanya Johan ke Wisnu

Wisnu yang lagi asik bermain game di ponselnya hanya mengangguk. 

"kambing bang?" tanya Booby kepo

"ho'oh" 

"yang qurban disini siapa aja?" Tanya Booby lagi

"gue" Malik ngangkat tangan

"bareng sama Malik" Sahut Dika ikutan mengangkat tangannya.

"gue juga" Ochi sama Dino jawab serentak. Walaupun gaji mereka tak seberapa, namun kedua sepupu itu bertekad untuk bisa selalu berkurban setiap tahunnya. Sebuah contoh dari nggak papa gaji kecil yang penting berkah. 

"bang Johan?" si Booby nengok ke Johan yang langsung cengengesan itu

"nggak dulu tahun ini" katanya

"YEEEEEUHHH!"

Johan ini tiap awal tahun cita-citanya mau qurban tapi ujung-ujungnya 'nggak dulu tahun ini'. Ya namanya juga cita-cita ya, kadang ada aja penghalangnya....

"lo sendiri emang qurban?" Johan nggak terima disorakin Booby kayak tadi

"Iya! Qurban kambing kok kayak bang Wisnu" 

"Mbleeek" Booby menjulurkan lidahnya ke Johan. Ngejek abangnya udah persis kek bocah.

Setiap tahun anak-anak Akinda yang muslim dan selain Johan selalu ikutan qurban di lingkungan sini. Katanya biar gampang aja bisa ngeliat hewan qurbannya dipotong langsung. kan deket rumah. Jalan kaki bentar nyampe kok. Kecuali Ochi, dia udah pasti naik Scoopy ke lapangan. Kakinya cuma boleh dipake jalan di seputaran Akinda doang :)

Kos AkindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang