73. Rencana Mudik

593 67 12
                                        

"Iya, Aku mau ke Jepang"

Jawaban Wisnu tersebut langsung menampar ego Fina. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba menyergapi hatinya. Perasaan yang ia kenal dengan nama kecewa.

Siapa yang tidak kecewa jika urusan sepenting ini dan menyangkut masa depan keduanya, justru langsung diputuskan Wisnu seorang diri? dan bahkan Fina tidak dilibatkan dalam diskusi sebelumnya? Kenapa harus Syahrez bukan dia yang diajak bertukar pikiran?

"duduk." Minta Fina ke Wisnu dengan tatapan dinginnya

Wisnu menelan ludahnya, berbagai fikiran negatif langsung memenuhi kepalanya saat ini. Dengan hati-hati ia menarik kursi di sebrang Fina dan duduk dengan rapi seperti anak SD yang sedang menunggu giliran pulang di kelasnya.

Tapi bukannya lanjut ngomel-ngomel, Fina justru mengambilkan sepiring nasi untuk Wisnu.

"sahur dulu, mas" katanya pelan.

Wisnu tertegun menatap sepiring nasi hangat yang kini ada di hadapannya. Bukannya marah, Fina malah menyuruhnya untuk makan? Fina kenapa?ini bukan Fina yang Wisnu kenal selama ini.

Mereka berdua lalu makan dalam diam. Sibuk dengan praduganya masing-masing. Tidak lama berselang, satu persatu anak Akinda yang akan melaksanakan ibadah puasa bangun dan bergabung di meja makan. Sebagian ada yang melipir ke ruang TV karena kursi di meja makan hanya cukup untuk 4 orang.

Ada Johan dan Juna yang ikut makan bersama Wisnu dan Fina. Sementara Ochi, Booby, Dino dan Dika makan bersama di ruang TV sambil menonton program acara Yuk Kita Sahur. Baik Johan dan Juna seolah sudah paham ada sesuatu yang terjadi diantara dua anak cucu adam yang sedang makan berhadapan namun saling mengabaikan ini.

Fina dan Wisnu sudah selesai makan disaat Juna dan Johan baru saja menyuap suapan nasi pertama mereka. Tapi keduanya tetap diam di posisinya masing-masing, entah sedang menunggu apa. Diajak bicara pun mereka ogah-ogahan. Semakin memperkuat dugaan kalau keduanya sedang perang dingin.

"Bob, jadwal lo nyuci piring ya" pesan Johan saat Booby melintas di dapur untuk meletakan piring kotornya.

Pria berbadan gempal itu menggaruk-garuk kepalanya malas. "berdua Dino dong bang" mohonnya pada Paduka.

"kalo dia mau, ya nggak papa"

"lo yang suruh tapi. Kalo gue, dia nggak bakal mau"

Johan melongos namun tetap melaksanakan permintaan Booby. Karena tidak lama berselang, si Bontot ikut bergabung di dapur.

"lo nyuci piring berdua Booby ya hari ini. Nggak usah bantah" kata Johan tegas yang membuat Dino yang baru saja ingin membuka mulutnya namun sudah buru-buru ia tutup kembali. Dino hanya mengangguk pasrah. Sementara Booby tersenyum penuh kemenangan. Kapan lagi bisa memerintah paduka kan?

Setelah semuanya selesai makan, Wisnu dan Fina baru beranjak dari meja makan. Mereka tak saling bicara seolah mengabaikan kehadiran masing-masing. Namun saat hendak keluar dari dapur, Fina menahan tangan Wisnu. Ia menatap pria itu nanar, "kita perlu ngomong" katanya tegas. 

Darah Wisnu berdesir, kirain Fina udah legowo ternyata perang baru saja akan dimulai. Wisnu tak punya pilihan lain, dengan pasrah ia mengikuti tunangannya tersebut yang entah akan membawanya kemana.

"kenapa tuh Adam dan Hawa?" tanya Ochi heran menatap ke arah Wisnu dan Fina yang berjalan tergesa-gesa entah menuju kamar siapa. Kamar Wisnu atau kamar Malik.

Johan mengangkat kedua bahunya, "nggak tahu. Dari tadi makan, diem-dieman. Berantem kayaknya" tukas si paduka

"tadi malem masih nempel-nempel duduk berduaan depan kamar si Wisnu. Kok subuh-subuh gini udah berantem aja?" Ochi masih tak habis pikir dengan pola hubungan si Wisnu yang mesra sebentar, berantem kemudian. Kayak susah banget gitu rukunnya.

Kos AkindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang