"Zahra!" Teriak Syahrez sambil berlari menghampiri wanita yang keliatan sedang bingung tersebut. Udah daritadi Syahrez nyari-nyari keberadaan Zahra. Mana baterai ponselnya lowbatt. Hanya insting lah yang menuntun si babeh menemukan pujaan hatinya itu.
"SYAHREZ?" yang dipanggil nggak kalah kagetnnya melihat laki-laki yang menjadi alasannya ketinggalan pesawat itu berada tepat di depannya saat ini.
"kamu nggak papa?!" Syahrez langsung memastikan dari atas sampe bawah, Zahra nggak kenapa-napa. Mukanya udah panik banget.
"nggak papa, kamu ngapain disini?" tanya Zahra heran.
Tanpa basa basi dan menjelaskan apa-apa si babeh langsung menarik Zahra dalam dekapannya. Lega banget rasanya mengetahui kalo pujaan hatinya itu nggak kenapa-napa. Sepanjang jalan menuju bandara tadi Syahrez udah kayak orang kesetanan, nggak sabar mau cepat-cepat sampai bandara. Takut sesuatu buruk terjadi pada Zahra dan dia terlambat. Soalnya mukanya Dika tadi serius banget. bikin Syahrez makin parno Zahranya kenapa-napa.
"aku takut banget terjadi sesuatu sama kamu!" kata Syahrez melepaskan kekhawatirannya sambil mendekap Zahra erat.
Zahra juga membalas pelukan Syahrez, dalam dekapan pria itu ia menangis sejadi-jadinya. Kangen banget sama Syahrez . Walaupun rasanya hubungan mereka belum lama terjalin, ternyata Zahra udah sesayang ini dan Kehilangan Syahrez membuatnya kebingungan dan nggak tahu harus ngapain. Saking bingungnya dia sampai ketinggalan pesawat malam ini. Seharusnya pesawat yang ditumpangi Zahra akan lepas landas menuju Singapura pukul 18.40 tadi, tapi Zahra malah liat jam mendaratnya, jam 21.25. Makanya dia nyantai banget baru nyampe di bandara jam 19.00, sayangnya pesawat itu adalah pesawat terakhir menuju Singapura hari ini. Zahra harus beli tiket lagi untuk penerbangan esok hari. Uang segitu baginya mungkin tak seberapa tapi satu hal yang membuat Zahra terpukul, kehilangan Syahrez membuatnya juga kehilangan dirinya sendiri.
"please don't leave me, Rez. Gue ancur nggak ada lo..." mohon Zahra disela-sela isak tangisnya. Ia bahkan semakin menguatkan pelukannya pada Syahrez.
Syahrez nggak bisa berkata-kata lagi karena sebenarnya ia juga tidak mau kehilangan Zahra. Kemaren Syahrez memang terlalu mengikuti egonya. Ternyata keplakan sendal dari Dino tadi bikin dia bisa mikir lurus lagi.
"aku nggak bakal kemana-mana, yang..." katanya pelan. Cie. Udah balik manggil 'yang' lagi.
"kamu bilang apa?" Zahra syok dipanggil 'yang' lagi sama Syahrez. Dia sampe ngelepasin pelukannya Syahrez untuk memastikan ia tidak salah dengar.
"aku nggak bakal kemana-mana, yang" ulang Syahrez. Ia menatap Zahra kebingungan. Baru seminggu putus darinya, Zahra sekarang mendadak budek ya?
Muka Zahra kembang kempis nggak jelas, tangisnya pecah lagi.
"artinya kita balikan?" tanyanya sambil terisak-isak.
Syahrez menatap Zahra sumringah, kok gemesin banget sih ceweknya ini kalo lagi nangis?
"udahan dong yang nangisnya, nanti orang-orang mikirnya aku ngapa-ngapain kamu lagi" katanya sambil menghapus air mata Zahra dengan kedua tangannya.
"kan kamu emang yang ngapa-ngapain aku!" protes mbak Zahra sambil manyun.
Lagi-lagi si babeh tersipu malu melihat ekspresi wanita di hadapannya ini.
"iya, aku tahu." Kata Syahrez sambil memegangi kedua bahu Zahra
"maafin aku ya yang, aku egois banget kemaren sampe nggak mau dengar penjelasan kamu dulu"
"seminggu ini aku ngungsi ke rumah mama, ngarepnya disana bisa lupain kamu. Nyatanya malah makin keinget, Yang. Aku nggak bisa nggak ada kamu. Mau gila rasanya!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Kos Akinda
Fanfiction"Kos Akinda" Tempat bertemunya tigabelas manusia dengan berbagai macam karakter dan tingkah laku. Dari sekedar housemate kini mereka sudah seperti keluarga. Penuh suka duka menjalani hidup yang kadang hahahihi sekarang lalu menangis kemudian.