"maaf ya mas Fauzi, besok kita nggak gitu lagi kok" Tika, salah seorang anak magang dibawah naungan divisi Ochi mewakili teman-temannya menyampaikan permintaan maaf.
Ochi menatap mereka berlima kesal, "udah berapa kali saya bilang, jangan diturutin semua mau-mauannya orang di kantor ini"
Kelima anak magang itu hanya bisa menuduk, takut banget Ochi marah lagi.
Ochi sebenarnya sebal karena kelima anak asuhnya ini bukannya ngerjain tugas yang sudah dibagikan tapi malah ngerjain tugas nggak penting kayak bikinin kopi dan beliin jajanan pegawai di jam kerja lalu makan siang juga. Pokoknya mereka ini lebih kayak babu ketimbang anak magang. Ochi dulu pernah ada di posisi mereka dan dia nggak mau meneruskan hal-hal yang nggak ada sangkut pautnya sama tugas magang yang sebenarnya.
"biasain buat nolak ya, kalian semua itu tanggung jawab saya. Saya yang berhak nentuin tugas kalian apa. Kalo mereka minta tolong urusan kerjaan, nggak papa. Tapi kalo hal-hal kayak tadi, bilang kalian nggak bisa. Kalo mereka marah, suruh ngadap saya" tegas Ochi dengan mimik wajah yang serius. Kapan lagi kan Ochi gini
Semuanya mengangguk tanpa berani menatap atasan mereka tersebut.
Sudah satu minggu ini Ochi memulai tugas barunya sebagai penanggung jawab anak magang di divisinya. Kelima anak magang ini datang dari kampus yang berbeda. Ada Raisa, Tika, Alda, Naldi dan Aryo. Semuanya mahasiswa semester 7 di kampusnya masing-masing. Dari mereka berlima, si Tika yang merupakan ketuanya. Ia sering jadi jembatan komunikasi antara teman-temannya dengan Ochi.
Tapi walaupun Tika yang sering ngobrol sama Ochi, sebenarnya ada satu anak magang yang menarik perhatian si maung, namanya Raisa. Anaknya kalem dan sopan banget. Tapi bukannya naksir, Ochi sebenarnya sebal dengan Raisa karena nggak tahu kenapa anak magang yang satu ini selalu sinis kepadanya. Kalo di sapa cuma ngangguk doang, nggak ada ramah-ramahnya dari hari pertama magang. Ada masalah apa coba? Rasanya Ochi baru ketemu dia sekarang, nggak pernah kenal sebelumnya.
"Raisa, kamu tinggal sebentar disini. Saya mau ngobrol" cegat Ochi ketika semua anak asuhnya ini pamit keluar ruangan
Raisa cuma ngangguk dan kembali ke posisi awalnya tadi, berdiri menghadap Ochi.
Cukup lama Ochi diam memperhatikan orang di depannya ini sementara Raisa hanya bergeming. Alias nggak ngapa-ngapain selain bernafas. Stelan mukanya masih sama, jutek.
"kamu ada masalah apa sama saya?" tanya Ochi langsung setelah cukup lama mereka diem-dieman doang di ruangan ini.
Raisa menggeleng, "nggak ada mas" jawabnya ketus
"terus?"
Ia melirik ke Ochi sejenak dan balik nunduk lagi
"terus kenapa kok liat saya jutek mulu? Saya ada salah? kata-kata saya ada menyinggung kamu?"
Gadis itu menggeleng lagi.
Ochi menatapnya jengah, Raisa ini ngomongnya udah kayak ngirim sms pake HP ESIA HIDAYAH. Satu karakter, satu rupiah Jadi harus singkat-singkat biar hemat.
"terus kenapa kok jutek?" Ochi masih berusaha
"cetakan muka saya emang gini, mas"
"BOOONG!" Ochi kelepasan sampe agak nyaring suaranya. Hampir hancur image sebagai atasan cool dan berwibawa yang sudah ia bangun seminggu terakhir ini.
"nggak bohong" jawab Raisa takut-takut
"kamu baik-baik aja ke yang lain, ke saya doang juteknya. Saya nyebelin ya Rai? Ngasih tugasnya kebanyakan?" masih tidak putus asa untuk mendapatkan jawabannya

KAMU SEDANG MEMBACA
Kos Akinda
Фанфик"Kos Akinda" Tempat bertemunya tigabelas manusia dengan berbagai macam karakter dan tingkah laku. Dari sekedar housemate kini mereka sudah seperti keluarga. Penuh suka duka menjalani hidup yang kadang hahahihi sekarang lalu menangis kemudian.