26. Pulang Kampung

593 67 3
                                    

Katanya kebahagian dan kesedihan itu selalu datang dalam satu paket. Dan sepertinya Dino orang yang mempercayai hal itu. Hidup Dino mendadak berubah setelah dibeliin Willy mobil dan tanpa disangka-sangka dia juga punya pacar sekarang. Kehidupan di Akinda tercinta ikut pula membaik setelah sempat terjadi masalah yang cukup pelik. Hidup Dino kembali menyenangkan. Rasanya baru beberapa jam yang lalu ia tertawa bersama anak-anak Akinda sebagai panitia 17 agustus-an tapi semuanya mendadak sirna, saat sebuah telephone dari kampung halaman menghancurkan kebahagian Dino.

"Chan, pulanglah nak. Ayah masuk ICU. Mungkin ndak lama umur ayah lagi nak..."

Dunia Dino mendadak runtuh mendengarnya. Semarah-marahnya Dino pada ayahnya, ia sangat menyayangi dan menghargai sosok lelaki tersebut. Dino tak berpikir panjang, ia harus pulang kampung secepatnya.

Willy hampir aja memesan tiket untuk semua anak Akinda tapi Syahrez sebagai ketua dan orang yang paling disegani di Akinda menolak hal tersebut. Akhirnya setelah perdebatan yang cukup panjang, hanya 8 orang yang berangkat menemani Dino. Sebenarnya jumlah itu juga kebanyakan sih. Dino kan awalnya cuma mau bawa Ochi. Tapi Willy sebagai abangnya Dino merasa punya tanggung jawab mendampingi adiknya tersebut untuk pulang kampung.

Syahrez, Joshua, Dika, Vernon dan Hao tidak ikut ke kampungnya Dino. Sisanya berangkat semua pagi ini. Dan sudah pasti dibayarin Willy semua lah. Nggak usah ditanya lagi.

Syahrez nggak ikut karena udah dapat cuti duluan buat nganterin Zahra balik ke Singapura. Joshua nggak bisa cuti mendadak karena antrian pasien yang mengular. Joshua bahkan full book sampai satu bulan ke depan. Dika dan Hao sama, mereka nggak bisa ngajuin cuti seenaknya. Sementara Vernon yang aturannya mau ikut nggak jadi karena diminta Willy untuk stand by di Universe Factory selama ia berada di kampungnya Dino. Willy udah bertekad menemani Dino sampe urusannya selesai. Sementara Wisnu, Malik, Booby, Juna dan Johan akan pulang di hari selasa. Nggak lama-lama mereka bisa liburnya. Ya namanya juga mendadak kan.

"Din, ini pasukan segini banyak ntar mau taro dimana dah?" tanya Ochi resah daritadi mikirin 6 orang tamu tak diundang ini mau ditaro dimana. Rumah Dino di kampungnya nggak cukup untuk menampung tamu sebanyak ini.  Kamarnya cuma ada 3 dan kecil-kecil. Rumah Ochi juga lebih kurang sama. Kasian aja gitu mereka udah jauh-jauh dari Jakarta malah disuruh tidur di ruang tamu.

"itu yang gue pikirin dari semalem bang, mau taro dimana mereka semua ya?" Dino ikutan pusing. Dia sama Ochi baru selesai sholat subuh dan lagi nungguin boarding. Sementara keenam manusia lainnya lagi rebahan di ruang tunggu. Malik, Wisnu, Booby sama Johan udah sholat duluan tadi.

"hotel mah gampang tapi lo tahu sendiri rumah kita jauh dari hotel kan?"

Dino cuma ngangguk, ia sedang berpikir keras bagaimana caranya memberikan penginapan yang layak untuk teman-temannya ini. Terutama untuk Willy yang sudah merogoh sekian juta uang pribadinya hanya untuk membayar uang tiket mereka semua.

"eh bang..." Dino tiba-tiba teringat sesuatu

"apaan?"

"kalo sewa rumahnya Ami aja gimana bang? Kan dia sekeluarga udah pindah ke Padang? Seinget gue mama pernah bilang rumahnya kosong dan sering disewain kalo ada acara-acara di Kampung?"

Ami itu adalah tetangganya Dino dan Ochi yang bisa dibilang orang kaya di kampungnya. Udah 2 tahun Ami sekeluarga pindah ke Padang karena usaha bapaknya makin berkembang disana. Rumahnya yang kosong itu sering disewa warga untuk jadi penginapan dadakan kalo ada keluarga yang datang dari luar kota. Maklum lah orang kampung Dino banyak yang udah merantau dan sekalinya pulang kampung bawa rombongan, persis kayak mereka sekarang ini.

"lah iya? Kok gue nggak kepikiran ya?" Ochi baru nyadar idenya Dino ini masuk akal juga

Dinonya melongos, "kalo lo yang kepikiran baru gue kaget sih bang, soalnya kok otak lo jalan..."

Kos AkindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang